HIPPS
(High-integrity pressure protection system)
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
OVERVIEW
HIPPS adalah salah satu jenis safety instrumented system (SIS) yang dirancang untuk mencegah over-pressurization pada plant, seperti chemical plant atau oil refinery.
HIPPS akan menutup sumber yang menjadikan tekanan didalam peralatan bertambah tinggi sebelum terjadi ovet pressure tercapai dengan demikian mencegah hilangnya material berharga akibat adanya rupture (explosion) yang ada didalam pipa atau vessel.
HIPPS juga bisa digunakan sebagai barrier antara high-pressure dan low-pressure dalam suatu instalasi.
HIPPS menyediakan solusi untuk melindungi equipment pada kejadian dimana:
▪ high-pressures dan flow rates terdapat pada process
▪ melindungi lingkungan
▪ material proses secara ekonomi sehingga tidak boleh terbuang.
ACUAN STANDARD
HIPPS adalah suatu instrumented safety system yang dirancang dan dibangun sesuai dengan standard IEC 61508 dan IEC 61511. International Electrotechnical Commission (IEC) mengenalkan standard IEC 61508 dan IEC 61511 pada tahun 1998 dan 2003.
Standard ini didasarkan pada performance dan acuan kerja terperinci serta pendekatan siklus (life-cycle) dalam perencanan, implementasi dan management safety systems dengan demikian dapat dipakai untuk sektor yang bervariasi dengan definisi level resiko (SIL)yang berbeda sehingga diputuskan bahwa Standard ini (IEC) juga bisa diaplikasikan pada HIPPS.
IEC 61508 untuk electrical/electronic/programmable safety-systems walaupun demikian standar ini juga memberikan kerangka acuan berdasarkan pada technologies sistem mechanical.
IEC 61511 ditambahkan oleh IEC dikhususkan untuk designers, integrators dan users dari safety systems dan meliputi safety loop yang lebih detail seperti sensors dan final elements.
Dasar untuk untuk merancang SIS pada HIPPS diawali terlebih dulu dengan mengetahui Safety Integrity Level (SIL) nya. SIL diperoleh pada saat melakukan risk analysis terhadap plant atau process yang mewakili adanya risk reduction. SIS akan dipilih sesuai dengan yang diinginkan yaitu yang mempunyai kode angka 1 s/d 4 (SIL1, SIL2, SIL3 danSIL4).
IEC standards mendefinisikan tiap SIL untuk siklus dari suatu equipment, termasuk didalamnya design dan maintenance.
SIL juga mendefinisikan apa yang disebut probability of failure on demand (PFD) untuk satu loop .
KOMPONEN HIPPS
Sistem yang bisa mempertahanksn tekanan vessel sehingga mendekati hargs over-pressure dalam waktu tertentu dengan reliability yang sama dengan pilot operated safety relief valve dinamakan HIPPS.
HIPPS functional loop lengkap terdiri dari:
▪ sensors, (atau initiators) yang mendeteksi adanys high pressure
▪ logic solver, yang memproses input dsri sensors sebagai output ke final element
▪ final elements, yang iniilah yang sebenarnya melakukan corrective action di field sehingga membswa process pada kondisi safe state. Dari sisi HIPPS ini berarti shutting off sumbet overpressure. Final element terdiri dari valve, actuator dan solenoid.
Logic Solver dirancang dengan mode 2-out-of-3 (2oo3) voting dalam kondisi tidak mengaktifkan final element. Solenoid valve mengunakan SIL-1 (1oo2) dimana posisi valve adalah closed. Final elements terdiri dari dua block valves yang menahan flow ke downstream facilities untuk mencegahnya terjadinya kelebihan pressure . Operator plant diperingatkan melalui pressure alarm (PA) bahwa HIPPS telah diaktivasi. Dikatakan bahwa System seperti ini (HIPPS) mempunyai high degree of redundancy sebab bila ada failure dari salah satu dari ketiga pressure transmitters tidak akan memmbuat fungsi HIPPS terganggu, karena hanya dua pembacaan high pressure yang diperlukan untuk activation. failure. Demikian juga bila salahsatu block valves fail juga tidak membuat fungtionality HIPPS terganggu, sebab valve satunys tetap tertutup.
Rabu, 30 Mei 2018
Minggu, 27 Mei 2018
ICSS
ICSS
(Integrated Control and Safety System)
Creat ed by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
OVERVIEW
Pada waktu yang lalu, Basic Process Control System (BPCS) dan Safety Shutdown System (SIS) posisinya terpisah. Keduanya dihubungkan (interfaced) melalui gateway. Dengan kata lain BPCS dan SIS mempunyai engineering tool sendiri- sendiri.
Karena cost untuk engineering, operation maintenance tools yang terpisah dan komunikasi dari interfaced yang terpisah, maka banyak manufacture mulai mencari alternatif solusi integrated. Solusi-integrated mempunyai controllers yang berbeda baik untuk BPCS dan SIS, tetapi mereka mempunyai satu engineering, operation dan maintenance tool.
Integrated Control and Safety System (ICSS) adalah ekspresi untuk mendefinisikan process control system (BPCS) yang secara hardware dan software dikombinasikan dengan Safety Instrumented System (SIS). Dimana SIS-nya sendiri terdiri dari Emergency Shutdown (ESD), Process Shutdown System (PSD) dan Fire & Gas (F&G) System dengan hanya mempunyai satu display.
ICSD terdiri dari komponen-komponen dimana antara komponen satu dengan lainnya saling terhubung secara software sebagai berikut:
▪DCS (BPCS) untuk plant continues control.
▪PLC System untuk SIS (plant safety system ESD, PSD, dan F&G)
▪PLC System dari package equipments.
▪Communication Infrastructures backbone
▪Servers dan work stations
▪Third Party Process Control Systems.
▪Metering system untuk Condenasate, Fuel Gas and Water
ICSS BENEFIT
Manfaat menggunakan ICSS antara lain karena efisiensi pada Operational dan Cost karena adanya resource sharing seperti Engineering Station (ES), PLC, Operator Station Client (OS Client), Operator Station (OS Server), Hystorian.
• Total Integration: Process dan safety diintegrasikan total, membolehkan standard dan safety programs untuk digunakan dalam bagian berbeda (different part) dari CPU yang sama.
• Customized Solution: Software library yang khusus dikembangkan berdasarkan pada industrial standards dan telah digunakan secara luas dengan field proven function blocks dalam melayani plant requirement.
• Communication gateway tidak diperlukan lagi antara BPCS dan Safety System, dengan demikian akan menghilangkan salah satu point penyebab failure
• Common EWS (Engineering Workstation) untuk BPCS, SIS, EGS dan HIPPS
• Common hardware platform akan berkurang secara significant dengan demikian jumlah spares yang diperlukan juga berkurang.
GENERAL REQUIREMENT
Perancangan ICSS untuk proyek dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
▪Bilamana memungkinkan BPCS dan SIS remote processors I/O nya harus dipasang di lokasi operator room. Untuk itu gedungnya harus dilengkapi dengan controlled environment (HVAC) untuk pendinginan equipment ini sehingga memungkinkan: independent, modular dengan urutan commissioning dari plant unit berbeda.
▪BPCS dan SIS remote processors dan I/O networks sebaiknya dipasang terpisah dengan menggunakan fiber optic conductor (FO cable) yang terpisah pula.
▪Power supply 220 VAC ± 10% VAC single phase-to-phase 50 Hz (floating earth) uninterrupted power supply (UPS) harus dipasang yang akan digunakan sebagai electrical power untuk ICSS, ▪Packaged Unit UCP dan semua peralatan instrumentasi ICSS dan UCP akan bisamebangkitkan DC power 24 V untuk instrument loops. Untuk ICSS, sendiri power supplie nya harus dibust redundant.
▪Electrical power supply untuk solenoid valves coil yang dihubungkan ke ICSS harus 24 VDC.
▪SIS dan protective systems harus menggunakan dedicated field devices seperti solenoids, transmitters, valves, shutdown valves dsb.
▪Junction boxes, wiring, termination blocks dan I/O facilities seperti SIS dan F&G harus dipisah dari BPCS.
▪Barriers dengan junction boxes dan fasilitas terminal harus terpisah dan label wiring dari SIS systems yang berbeda (misalnya SIS dari F&G) Hal demikian juga berlaku untuk instrumentasi pada systems packaged equipment.
▪Instrument dari third-party dan packaged equipment yang membawa local programmable logic controllers (PLC) sendiri harus di-wired ke junction box yang ada di skids nya equipment dan dari sana kemudian dibawa ke local control panels. Bila Vendor packages atau third-party equipment memerlukan PLC’s sendiri pada SIS vendor boleh memasang PLC nya sendiri untuk difungsikan sebagai process control dan monitoring. Komunikasi antara PLC dan SIS ke ICSS melalui standardized single protocol.
APLICATION PROGRAM
Software berikut ini lazim digunakan bersama-sama dengan ICSS yang bekerja dengan menggunakan fasilitas ICSS.
▪ Integrated Enterprise System (IES)
IES adalah sistem informasi infrastructure yang berbasis network yang membolehkan access ke semua sistem informasi serta membaca isi interface antar manufacturing control functions dan enterprise functions yang lain yang ada hubungannya dengan plant. Integrated Enterprise ini akan menggabung semua sistem informasi yang berhubungan dengan dua kategori berikut:
1. Integrated Control And Safety Systems (ICSS).
2. Manufacturing Operation Management - Manufacturing Information Systems (MOMMIS).
▪Collaborative Work Environment (CWE)
CWE adalah rangkaian dari multiple, integrated services yang dirancang melakukan streamline communication, improve efficiency dari pekerja guna meng-improve efficiency dari "work groups" yang tersebar diseluruh dunia. Sebuah kolaborasi terhadap work environment guna memperbaiki efisiensi individual dengam membantu meminimalisasi time delays akibat adanya pertukaran informasi dengan antar pekerja.
▪Document Management System (EDMS)
Tujuan dari diadakanya EDMS adalah agar supaya process dan infrastructure technology yang dapat menghasilkan documents dan drawings management yang complex dan sekaligus simple bersama advanced electronic workflow management mulai dari EPC phase handover hingga fase operasi.
▪Computerized Maintenance Management System (CMMS)
CMMS digunakan sebagai technologies intend untuk menyajikan pada end users predictive intelligence untuk mebuat operations; employ efficient maintenance practices lebih baik sehingga mengurangi downtime yang tidak diharapkan yang biasanya digunakan selama fase operasi.
▪Real-Time Information System (RTIS)
RTIS akan meng-capture process data dari BPCS dan automation systems yang lain (Unit Control Panel, MMS, SCADA, etc) dan akan menyimpannya dalam waktu sementara sampai dengan jangka waktu lama. System akan membuat laporran dan dan membuat semacam analytical tools seperti trending, reporting, query dan dynamic link dalam bentuk spreadsheets untuk process analysis dan untuk building applications
▪Plant Performance Management System (PPMS)
Kegunaan dari PPMS adalah untuk memonitor performance actual operasi plant , dan melaporkan deviasi dari target operasi yang diharapkan. Dengan memberikan informasi yang akurat dan berkala pada performance plant sebenarnya, maka aplikasi ini akan membantu operation team dan management dalam menempatkan production inefficiencies dan masalsh lapangan lebih mudah dan untuk membantu keperluan pelaporan operasi harian.
▪E-Operation Logbook (E-Logbook)
Pindahnya aktivitas operator dari manual log book ke bentuk electronic record. Dengan electronic logbooks, operators dapat membuat informasi operasi berupa record tiap hari, melihat daftar tugas yang diprioritas dan informasi perubahan critical access shift.
▪Pipeline Leak Detection System (PLDS)
Pipeline sales gas/crude serta gathering line-nya akan dimonitor secars terpisah oleh PLDS. Systems ini akan ditempatkan dalam control room. PLDS untuk sales gas/crude line akan menggunakan statistical methods serta menggunakan instrument yang dipasang sepanjang pipeline misalnya ultrasonic flow meters akan dipasang pada bagian masuk (entrance) dari sales gas/crude line dan pada sales gas metering station.
PLDS akan memonitor integritas dari pipeline atau gathering line, dimana alarm akan otomatis activated bila terdapat potential leaks,
dan akan di-estimate lokasi dari leak sepanjang pipeline/gathering line. Control dan monitoring systems untuk pipeline/gathering line akan mengikuti guidelines yang dalam ICSS philosophy. Komunikasi PLDS dengan Main Control Room dilakukan dilakukan melalui sisrem SCADA atau remote I/O (Telemetry)
▪Continuous Emission Measurements System (CEMS)
CEMS unit harus pada dan stacks yang ada dalam plant (misalnya: power plant, hydrocarbon unit, dsb). CEMS harus dipsang dan di-operasikan pada stacks dengan kondisi sebagai berikut:
• Combustion process dengan fossil fuel dan dioperasikan secara kontinyu dengan capacity diatas 25MW.
• Combustion process dengan fossil fuel dengan kapasitas diatas atau dibawah 25MW dengan sulfur content dalam fuel diatad 2% dan dioperasikan secara kontinyu.
• Catalytic cracker flow unit dari catalyst regenerator, sulfur recovery unit dan carbonadsorber pada liquid waste processing system untuk oil processing unit dan aktivitas LNG refinery.
• Sweetening unit at gas processing activity that separate H2S at onshore (onshore naturalgas processing).
Hasil monitoring emisi dari CEMS akan dilaporkan ke pemerintah tiap kuartal. Emission stacks yang tidak dilengkapi dengan CEMS units akan memerlukan manual emissions monitoring yang akan dimonitor secara berkala paling tidak sekali dalam enam bulan. Metode sampling standard dan sampling analysis untuk monitorin emisi secara manual untuk suatu daerah harus disetujui oleh penguasa setempat.
(Integrated Control and Safety System)
Creat ed by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
OVERVIEW
Pada waktu yang lalu, Basic Process Control System (BPCS) dan Safety Shutdown System (SIS) posisinya terpisah. Keduanya dihubungkan (interfaced) melalui gateway. Dengan kata lain BPCS dan SIS mempunyai engineering tool sendiri- sendiri.
Karena cost untuk engineering, operation maintenance tools yang terpisah dan komunikasi dari interfaced yang terpisah, maka banyak manufacture mulai mencari alternatif solusi integrated. Solusi-integrated mempunyai controllers yang berbeda baik untuk BPCS dan SIS, tetapi mereka mempunyai satu engineering, operation dan maintenance tool.
Integrated Control and Safety System (ICSS) adalah ekspresi untuk mendefinisikan process control system (BPCS) yang secara hardware dan software dikombinasikan dengan Safety Instrumented System (SIS). Dimana SIS-nya sendiri terdiri dari Emergency Shutdown (ESD), Process Shutdown System (PSD) dan Fire & Gas (F&G) System dengan hanya mempunyai satu display.
ICSD terdiri dari komponen-komponen dimana antara komponen satu dengan lainnya saling terhubung secara software sebagai berikut:
▪DCS (BPCS) untuk plant continues control.
▪PLC System untuk SIS (plant safety system ESD, PSD, dan F&G)
▪PLC System dari package equipments.
▪Communication Infrastructures backbone
▪Servers dan work stations
▪Third Party Process Control Systems.
▪Metering system untuk Condenasate, Fuel Gas and Water
ICSS BENEFIT
Manfaat menggunakan ICSS antara lain karena efisiensi pada Operational dan Cost karena adanya resource sharing seperti Engineering Station (ES), PLC, Operator Station Client (OS Client), Operator Station (OS Server), Hystorian.
• Total Integration: Process dan safety diintegrasikan total, membolehkan standard dan safety programs untuk digunakan dalam bagian berbeda (different part) dari CPU yang sama.
• Customized Solution: Software library yang khusus dikembangkan berdasarkan pada industrial standards dan telah digunakan secara luas dengan field proven function blocks dalam melayani plant requirement.
• Communication gateway tidak diperlukan lagi antara BPCS dan Safety System, dengan demikian akan menghilangkan salah satu point penyebab failure
• Common EWS (Engineering Workstation) untuk BPCS, SIS, EGS dan HIPPS
• Common hardware platform akan berkurang secara significant dengan demikian jumlah spares yang diperlukan juga berkurang.
GENERAL REQUIREMENT
Perancangan ICSS untuk proyek dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
▪Bilamana memungkinkan BPCS dan SIS remote processors I/O nya harus dipasang di lokasi operator room. Untuk itu gedungnya harus dilengkapi dengan controlled environment (HVAC) untuk pendinginan equipment ini sehingga memungkinkan: independent, modular dengan urutan commissioning dari plant unit berbeda.
▪BPCS dan SIS remote processors dan I/O networks sebaiknya dipasang terpisah dengan menggunakan fiber optic conductor (FO cable) yang terpisah pula.
▪Power supply 220 VAC ± 10% VAC single phase-to-phase 50 Hz (floating earth) uninterrupted power supply (UPS) harus dipasang yang akan digunakan sebagai electrical power untuk ICSS, ▪Packaged Unit UCP dan semua peralatan instrumentasi ICSS dan UCP akan bisamebangkitkan DC power 24 V untuk instrument loops. Untuk ICSS, sendiri power supplie nya harus dibust redundant.
▪Electrical power supply untuk solenoid valves coil yang dihubungkan ke ICSS harus 24 VDC.
▪SIS dan protective systems harus menggunakan dedicated field devices seperti solenoids, transmitters, valves, shutdown valves dsb.
▪Junction boxes, wiring, termination blocks dan I/O facilities seperti SIS dan F&G harus dipisah dari BPCS.
▪Barriers dengan junction boxes dan fasilitas terminal harus terpisah dan label wiring dari SIS systems yang berbeda (misalnya SIS dari F&G) Hal demikian juga berlaku untuk instrumentasi pada systems packaged equipment.
▪Instrument dari third-party dan packaged equipment yang membawa local programmable logic controllers (PLC) sendiri harus di-wired ke junction box yang ada di skids nya equipment dan dari sana kemudian dibawa ke local control panels. Bila Vendor packages atau third-party equipment memerlukan PLC’s sendiri pada SIS vendor boleh memasang PLC nya sendiri untuk difungsikan sebagai process control dan monitoring. Komunikasi antara PLC dan SIS ke ICSS melalui standardized single protocol.
APLICATION PROGRAM
Software berikut ini lazim digunakan bersama-sama dengan ICSS yang bekerja dengan menggunakan fasilitas ICSS.
▪ Integrated Enterprise System (IES)
IES adalah sistem informasi infrastructure yang berbasis network yang membolehkan access ke semua sistem informasi serta membaca isi interface antar manufacturing control functions dan enterprise functions yang lain yang ada hubungannya dengan plant. Integrated Enterprise ini akan menggabung semua sistem informasi yang berhubungan dengan dua kategori berikut:
1. Integrated Control And Safety Systems (ICSS).
2. Manufacturing Operation Management - Manufacturing Information Systems (MOMMIS).
▪Collaborative Work Environment (CWE)
CWE adalah rangkaian dari multiple, integrated services yang dirancang melakukan streamline communication, improve efficiency dari pekerja guna meng-improve efficiency dari "work groups" yang tersebar diseluruh dunia. Sebuah kolaborasi terhadap work environment guna memperbaiki efisiensi individual dengam membantu meminimalisasi time delays akibat adanya pertukaran informasi dengan antar pekerja.
▪Document Management System (EDMS)
Tujuan dari diadakanya EDMS adalah agar supaya process dan infrastructure technology yang dapat menghasilkan documents dan drawings management yang complex dan sekaligus simple bersama advanced electronic workflow management mulai dari EPC phase handover hingga fase operasi.
▪Computerized Maintenance Management System (CMMS)
CMMS digunakan sebagai technologies intend untuk menyajikan pada end users predictive intelligence untuk mebuat operations; employ efficient maintenance practices lebih baik sehingga mengurangi downtime yang tidak diharapkan yang biasanya digunakan selama fase operasi.
▪Real-Time Information System (RTIS)
RTIS akan meng-capture process data dari BPCS dan automation systems yang lain (Unit Control Panel, MMS, SCADA, etc) dan akan menyimpannya dalam waktu sementara sampai dengan jangka waktu lama. System akan membuat laporran dan dan membuat semacam analytical tools seperti trending, reporting, query dan dynamic link dalam bentuk spreadsheets untuk process analysis dan untuk building applications
▪Plant Performance Management System (PPMS)
Kegunaan dari PPMS adalah untuk memonitor performance actual operasi plant , dan melaporkan deviasi dari target operasi yang diharapkan. Dengan memberikan informasi yang akurat dan berkala pada performance plant sebenarnya, maka aplikasi ini akan membantu operation team dan management dalam menempatkan production inefficiencies dan masalsh lapangan lebih mudah dan untuk membantu keperluan pelaporan operasi harian.
▪E-Operation Logbook (E-Logbook)
Pindahnya aktivitas operator dari manual log book ke bentuk electronic record. Dengan electronic logbooks, operators dapat membuat informasi operasi berupa record tiap hari, melihat daftar tugas yang diprioritas dan informasi perubahan critical access shift.
▪Pipeline Leak Detection System (PLDS)
Pipeline sales gas/crude serta gathering line-nya akan dimonitor secars terpisah oleh PLDS. Systems ini akan ditempatkan dalam control room. PLDS untuk sales gas/crude line akan menggunakan statistical methods serta menggunakan instrument yang dipasang sepanjang pipeline misalnya ultrasonic flow meters akan dipasang pada bagian masuk (entrance) dari sales gas/crude line dan pada sales gas metering station.
PLDS akan memonitor integritas dari pipeline atau gathering line, dimana alarm akan otomatis activated bila terdapat potential leaks,
dan akan di-estimate lokasi dari leak sepanjang pipeline/gathering line. Control dan monitoring systems untuk pipeline/gathering line akan mengikuti guidelines yang dalam ICSS philosophy. Komunikasi PLDS dengan Main Control Room dilakukan dilakukan melalui sisrem SCADA atau remote I/O (Telemetry)
▪Continuous Emission Measurements System (CEMS)
CEMS unit harus pada dan stacks yang ada dalam plant (misalnya: power plant, hydrocarbon unit, dsb). CEMS harus dipsang dan di-operasikan pada stacks dengan kondisi sebagai berikut:
• Combustion process dengan fossil fuel dan dioperasikan secara kontinyu dengan capacity diatas 25MW.
• Combustion process dengan fossil fuel dengan kapasitas diatas atau dibawah 25MW dengan sulfur content dalam fuel diatad 2% dan dioperasikan secara kontinyu.
• Catalytic cracker flow unit dari catalyst regenerator, sulfur recovery unit dan carbonadsorber pada liquid waste processing system untuk oil processing unit dan aktivitas LNG refinery.
• Sweetening unit at gas processing activity that separate H2S at onshore (onshore naturalgas processing).
Hasil monitoring emisi dari CEMS akan dilaporkan ke pemerintah tiap kuartal. Emission stacks yang tidak dilengkapi dengan CEMS units akan memerlukan manual emissions monitoring yang akan dimonitor secara berkala paling tidak sekali dalam enam bulan. Metode sampling standard dan sampling analysis untuk monitorin emisi secara manual untuk suatu daerah harus disetujui oleh penguasa setempat.
Sabtu, 26 Mei 2018
SCADA
SCADA
(Supervisory Control And Data Aquisition)
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
1.0. OVERVIEW
Apakah SCADA System itu?
Pertanyaan seperti ini hampir selalu muncul pada proyek-proyek baru dan untuk menyamakan persepsi perlu kiranya dilakukan persaman terhadap istilah (terminilogy) SCADA serta apa yang membedakannya dengan DCS (Distributed Control System).
SCADA System dari beberapa literatur men-definisikan sebagai:
suatu sistem Instrumentasi yang berbasis pada perangkat keras/ hardware dan perangkat lunak/software komputer yang mempunyai kemampuan untuk memonitor dan mengontrol operasi dan produksi pada suatu unit kerja yang tersebar pada suatu area dengan geografi yang dapat dikategorikan luas.
SCADA singkatan dari Supervisory Control And Data Acquisition, adalah sistem kontrol yang terdiri dari master station dengan beberapa remote station (minimal satu) yang terletak dalam suatu unit kerja (region) yang ditetapkan terlebih dahulu.
Untuk menghubungkan master station dengan fasilitas monitoring-nya (dinamakan main control system) dengan remote-station-nya yang (mungkin) mencakup daerah yang cukup luas tersebut diperlukan suatu sistem telekomunikasi yang handal guna menunjang kelangsungan pertukaran data (data-exchange) dan sisrem programming dari sistem SCADA tersebut. Perangkat penghubung antara master station dan remote station tersebut dinamakan sebagai jaringan telekomunikasi, seperti microwave system; fiber optic cable system dan VSAT (VerY Small Aperture Terminal) System. VSAT berbasis pada teknologi satelit yang merupkan konsep telekomunikasi dimasa datang yang menyajikan konsep telekomunikasi baik dalam bentuk suara (voice) maupun data dengan kecepatan tinggi.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki SCADA antara lain berupa:
▪Plant Data Collecting,
▪Plant Data Storage
▪Plant Data Display, seperti display pada “status change”
▪Automatic Control System Database
▪Operator Interface
▪Alarm Management
▪Reporting dan
▪Security System
Konfigurasi Sistem SCADA.
Sistem SCADA memiliki beberapa remote station yang pada umumnya dinamakan juga sebagai satellite dimana masing-masing satellite ini akan dihubungkan dengan pusat pengendali yang dinamakan master-station.
2.0. PEMILIHAN SISTEM SCADA
Keuntungan yang ditawarkan oleh Sistem SCADA adalah dimungkinkannya untuk melakukan pengamatan (monitoring) dan pengendalian (control) terhadap obyek ditempat yang jauh atau remote-function dari process system dengan menggunakan communication link , komunikasi diantara master station yang terdapat di main control room terhadap remote station nya.
Pada kenyataannya pemakaian Sistem SCADA dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sistem aplikasi berdasarkan jumlah “remote point” yang dipunyainya yaitu:
• Remote point terbatas : misalnya
▪Monitoring dan Recording terhadap physical property pada aliran crude-oil sepanjang jalur Pipa yang melalui daerah-daerah terpencil.
▪Automatically-retrieve store-part didalam suatu pabrik, sistem transmisi yang digunakan biasanya radio atau power-line modem
• Ratusan remote I/O point. misalnya monitoring pompa-pompa dan debit air pada water supply/PDAM untuk suatu daerah perkotaan atau kota-kota kecil
• Ribuan remote I/O point (yang terdistribusi pada geografis yang amat luas). Misalnya monitoring dan controlling offshore oil atau gas-pumping platform dari land-based refinery tujuannya adalah untuk melakukan integrasi data yang di gathering kedalam process secara keseluruhan untuk melakukan producing dan pengapalan terhadap final product.
3.0. PEMILIHAN SISTEM COMPONENT
Untuk melakukan pemilihan komponen sistem SCADA diperlukan informasi terhadap data-data seperti berikut:
▪Telemetry network (berbentuk VSAT, Cabling atau Radio);
▪Data Communication Equipment biasa dikenal dengan nama Modem (adalah link antara transmission, edium, master dan remote station);
▪ Master station dan operator interface-nya (Work-station)
▪ Data remote station untuk local control-side
▪ Data mengenai jumlah remote I/O point
Data yang akurat terhadap informasi diatas akan mendukung terhadap kehandalan Sistem SCADA yang dirancang.
Pada bagian berikut akan dijelaskan mengenai komponen - komponen spesifik yang berkaitan dengan Sistem SCADA serta beberapa kriteria pemilihan untuk membantu membuat pemilihan yang tepat pada aplikasi Sistem SCADA.
4.0. SCADA KEY SELECTION
1. Telemetry Network selection:
Topology yang dipilih
▪ point to point,
• point to multipoint atau
• multipoint to multipoint
Transmission Mode: pilih
• half-duplex atau
▪ full-duplex
Link Media mau menggunakan
▪ Public Transmission Media atau
• Atmospferic Media
Power Line check apakah power DC dan AC yang akan digunakan, apakah sudah tersedia.
Protocol pilih jenis protocol untuk
• Master Station protocol dan
• Remote Station Protocol
2. Data Communication Equipments (Modem) selection:
Pemilihan Modem harus didasarkan pada:
• link media -nya
• transmission mode -nya
• diagnostic needs
• master/ remote station.
• aplikasi -nya
3. Master Station selection:
Pemilihan Master Station harus merujuk pada
• fungsinya
• kualitas dari remote station
• protocol yang digunakan
• lain-lain bilamana ada
Check juga apakah komponen ini sudah terdapat pada existing:
• serial interface
• protocol
• power supply rating
Setelah itu tentukan komponen-komponen untuk:
• I/O modules dan chasis
• LAN component dan
• Enclosures
4. Submaster Station selection
• Operator Interface:
Pemilihan operator interface pada submaster station tergantung pada ukuran dan aplikasi yang dipilih
5. Remote Station selection:
Pemilihan Remote Station harus didasarkan pada keperluan seperti berikut
▪ fungsinya
▪ kualitas dari I/O point
▪ space yang tersedia
▪ lokasi dari remote station
▪ lain-lain bilamana ada
Setelah itu tentukan komponen-komponen remote I/O station seperti:
▪ I/O modules and chasis
▪ enclosures
▪ operator interface
▪ protocol being used
(Supervisory Control And Data Aquisition)
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
1.0. OVERVIEW
Apakah SCADA System itu?
Pertanyaan seperti ini hampir selalu muncul pada proyek-proyek baru dan untuk menyamakan persepsi perlu kiranya dilakukan persaman terhadap istilah (terminilogy) SCADA serta apa yang membedakannya dengan DCS (Distributed Control System).
SCADA System dari beberapa literatur men-definisikan sebagai:
suatu sistem Instrumentasi yang berbasis pada perangkat keras/ hardware dan perangkat lunak/software komputer yang mempunyai kemampuan untuk memonitor dan mengontrol operasi dan produksi pada suatu unit kerja yang tersebar pada suatu area dengan geografi yang dapat dikategorikan luas.
SCADA singkatan dari Supervisory Control And Data Acquisition, adalah sistem kontrol yang terdiri dari master station dengan beberapa remote station (minimal satu) yang terletak dalam suatu unit kerja (region) yang ditetapkan terlebih dahulu.
Untuk menghubungkan master station dengan fasilitas monitoring-nya (dinamakan main control system) dengan remote-station-nya yang (mungkin) mencakup daerah yang cukup luas tersebut diperlukan suatu sistem telekomunikasi yang handal guna menunjang kelangsungan pertukaran data (data-exchange) dan sisrem programming dari sistem SCADA tersebut. Perangkat penghubung antara master station dan remote station tersebut dinamakan sebagai jaringan telekomunikasi, seperti microwave system; fiber optic cable system dan VSAT (VerY Small Aperture Terminal) System. VSAT berbasis pada teknologi satelit yang merupkan konsep telekomunikasi dimasa datang yang menyajikan konsep telekomunikasi baik dalam bentuk suara (voice) maupun data dengan kecepatan tinggi.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki SCADA antara lain berupa:
▪Plant Data Collecting,
▪Plant Data Storage
▪Plant Data Display, seperti display pada “status change”
▪Automatic Control System Database
▪Operator Interface
▪Alarm Management
▪Reporting dan
▪Security System
Konfigurasi Sistem SCADA.
Sistem SCADA memiliki beberapa remote station yang pada umumnya dinamakan juga sebagai satellite dimana masing-masing satellite ini akan dihubungkan dengan pusat pengendali yang dinamakan master-station.
2.0. PEMILIHAN SISTEM SCADA
Keuntungan yang ditawarkan oleh Sistem SCADA adalah dimungkinkannya untuk melakukan pengamatan (monitoring) dan pengendalian (control) terhadap obyek ditempat yang jauh atau remote-function dari process system dengan menggunakan communication link , komunikasi diantara master station yang terdapat di main control room terhadap remote station nya.
Pada kenyataannya pemakaian Sistem SCADA dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sistem aplikasi berdasarkan jumlah “remote point” yang dipunyainya yaitu:
• Remote point terbatas : misalnya
▪Monitoring dan Recording terhadap physical property pada aliran crude-oil sepanjang jalur Pipa yang melalui daerah-daerah terpencil.
▪Automatically-retrieve store-part didalam suatu pabrik, sistem transmisi yang digunakan biasanya radio atau power-line modem
• Ratusan remote I/O point. misalnya monitoring pompa-pompa dan debit air pada water supply/PDAM untuk suatu daerah perkotaan atau kota-kota kecil
• Ribuan remote I/O point (yang terdistribusi pada geografis yang amat luas). Misalnya monitoring dan controlling offshore oil atau gas-pumping platform dari land-based refinery tujuannya adalah untuk melakukan integrasi data yang di gathering kedalam process secara keseluruhan untuk melakukan producing dan pengapalan terhadap final product.
3.0. PEMILIHAN SISTEM COMPONENT
Untuk melakukan pemilihan komponen sistem SCADA diperlukan informasi terhadap data-data seperti berikut:
▪Telemetry network (berbentuk VSAT, Cabling atau Radio);
▪Data Communication Equipment biasa dikenal dengan nama Modem (adalah link antara transmission, edium, master dan remote station);
▪ Master station dan operator interface-nya (Work-station)
▪ Data remote station untuk local control-side
▪ Data mengenai jumlah remote I/O point
Data yang akurat terhadap informasi diatas akan mendukung terhadap kehandalan Sistem SCADA yang dirancang.
Pada bagian berikut akan dijelaskan mengenai komponen - komponen spesifik yang berkaitan dengan Sistem SCADA serta beberapa kriteria pemilihan untuk membantu membuat pemilihan yang tepat pada aplikasi Sistem SCADA.
4.0. SCADA KEY SELECTION
1. Telemetry Network selection:
Topology yang dipilih
▪ point to point,
• point to multipoint atau
• multipoint to multipoint
Transmission Mode: pilih
• half-duplex atau
▪ full-duplex
Link Media mau menggunakan
▪ Public Transmission Media atau
• Atmospferic Media
Power Line check apakah power DC dan AC yang akan digunakan, apakah sudah tersedia.
Protocol pilih jenis protocol untuk
• Master Station protocol dan
• Remote Station Protocol
2. Data Communication Equipments (Modem) selection:
Pemilihan Modem harus didasarkan pada:
• link media -nya
• transmission mode -nya
• diagnostic needs
• master/ remote station.
• aplikasi -nya
3. Master Station selection:
Pemilihan Master Station harus merujuk pada
• fungsinya
• kualitas dari remote station
• protocol yang digunakan
• lain-lain bilamana ada
Check juga apakah komponen ini sudah terdapat pada existing:
• serial interface
• protocol
• power supply rating
Setelah itu tentukan komponen-komponen untuk:
• I/O modules dan chasis
• LAN component dan
• Enclosures
4. Submaster Station selection
• Operator Interface:
Pemilihan operator interface pada submaster station tergantung pada ukuran dan aplikasi yang dipilih
5. Remote Station selection:
Pemilihan Remote Station harus didasarkan pada keperluan seperti berikut
▪ fungsinya
▪ kualitas dari I/O point
▪ space yang tersedia
▪ lokasi dari remote station
▪ lain-lain bilamana ada
Setelah itu tentukan komponen-komponen remote I/O station seperti:
▪ I/O modules and chasis
▪ enclosures
▪ operator interface
▪ protocol being used
TELEMETRY SYSTEM
TELEMETRY SYSTEM
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
1.0. TELEMETRY NETWORK
Telemetry-network merupakan komponen terpenting didalam menyajikan alur komunikasi (communication pathway) pada sistem SCADA. Yang harus diperhatikan adalah pada pemakaian dapat mengikutsertakan lebih dari satu jenis telemetry network. Misalnya pada pemakaian yang bersifat critical biasanya memerlukan sistem back-up atau recovery procedure untuk jaringan utamanya. Dengan demikian analisa terhadap requirement untuk pemilihan terhadap sistem komunikasi amat menentukan suksesnya telemetry network system terpilih. Komponen dari telemetry network meliputi:
• Topology;
• Transmission Mode;
• Link Media dan
• Protocol.
1.1. TOPOLOGY.
Topology adalah suatu geometric arrangement nodes dan link yang membentuk suatu sistem telemetry network yang bisa berupa point-to-point; point-to-multipoint maupun multipoint-to-multipoint topology
• Point to Point.
Ini adalah link komunikasi yang digunakan diantara dua station. Masing-masing station dapat melakukan komunikasi dengan lainnya atau salah satu station dapat melakukan inquire & control terhadap station yang lain. digunakan bilamana diperlukan peer to peer communication connection, misalkan back-up communication link antar remote station yang terletak di-site dan master control station yang berada di control room.
• Point To Multipoint
Disebut juga multi drop communication adalah communication-link terhadap tiga atau lebih station dimana salah satunya merupakan communication-arbitrator (master) yang akan melakukan control bilamana station yang lain berkomunikasi dengannya. Point to Multipoint adalah topology utama yang diapliksikan pada Sistem SCADA
• Multipoint To Multipoint
Ini adalah link komunikasi antar tiga atau lebih master station dimana tidak terdapat masterstation yang menjadi communication-arbitrator dengan demikian setiap master station dapat dipanggil untuk berkomunikasi dengan yang lain.
1.2. TRANSMISSION MODE
Transmission Mode adalah suatu upaya bagaimana suatu informasi dapat dikirimkan dan diterima diantara station dalam suatu network. Topologi dari suatu sistem SCADA, biasanya akan menentukan jenis transmission mode dari data yang akan dikirimkan. Ada tiga jenis transmission mode yaitu simplex, half-duplex dan full-duplex
• Simplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi akan dikirimkan tanpa memerlukan jawaban dari penerima. Transmission mode jenis ini dapatdijumpai pada point to point maupun point to multipoint topology
• Half Duplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi dikirimkan sekaligus pada communication-link dalam satu arah. Bilamana penerima akan membalas data yang diterima, maka harus menunggu sampai semua data habis terkirim. Transmission mode jenis ini dijumpai pada point to multipoint topology
• Full Duplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi akan dikirimkan dan diterima pada saat yang bersamaan. Transmission mode ini dijumpai pada point to point topology
1.3. LINK MEDIA
Link-media adalah prasarana yang tersedia guna merealisasikan bagaimana suatu informasi dikirimkan dan diterima diantara station dalam satu network yang sama, link media tergantung pada hal-hal berikut:
• Aplikasi data-transmission yang diperlukan
• Lokasi dari remote-site dan control center nya
• Jarak antar remote site
• Link media yang tersedia di-area tersebut dan
• Project budget
• Public Transmission Media, meliputi:
▪Public Switch Telephone Network (PSTN): dial-up network ini disediakan oleh perusahaan jasa telekomunikasi. Jenis line ini yang biasa digunakan sehari-hari untuk voice dan transmisi data.
▪Private Lease Line (PLL): PLL adalah dedicated line yang secara tetap menghubungkan antara dua atau lebih lokasi yang digunakan untuk pengiriman data secara analog. Bilamana menginginkan line ini untuk bisa mentransmisi voice maka diperlukan “voice option”
▪Digital Data Services (DDS): DDS adalah “wide-bandwidth” khusus yang disewakan secara privat dengan menggunakan teknik digital untuk mentransfer data dengan kecepatan tinggi dengan error terendah
• Atmospheric Media
▪Microwave Radio: media ini berupa high-frequency (GHz) terrestrial radio transmission and reception yang menggunakan parabolic-dishes sebagai antena. Dish-anttena biasanya ditempatkan pada tower atau atap dari bangunan, karena media ini menginginkan line-of-sight topology.
▪VHF/UHF Radio: media ini berupa transmisi “high-frequency electromagnetic wave” yang memancarkan signal dan kemudian ditangkap oleh antenna penerima lain yang berada dalam jangkauan-nya.
▪Geosychronous Satellite: media ini menggunakan transmisi jenis high-frequency (GHz) untuk melakukan “route-transmission” antar site. Dalam hal ini orbit satelit harus dijaga agar selalu sinkron terhadap orbit bumi (geosynchronous orbit) dengan demikian satelit akan selalu berada ditempatnya relatif sama terhadap bumi. Satelit akan menerima signal dan selanjutnya akan men-transfer nya ke earth antenna.
• Power Line
Dengan menggunakan peralatan komunikasi data khusus berupa power delivery media dan RS-232 Interface maka suatu data dapat dikirimkan atau diterima melalui Power Supply 120 VAC atau 460 VAC.
1.4. PROTOCOL
Kegunaan dari Protocol adalah untuk menentukan format data yang akan dikirim ke remote station. Komponen dari protocol meliputi:
• hand-shaking;
• error detection;
• error recovery dsb.
yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemilihan protocol adalah: Connection topology (point to point atau point to multi point); Transmission Mode (half-duplex atau full-duplex); sabungan terhadap protocol existing equipment. Real Time Automation adalah salah Sistem SCADA software house yang bannyak digunakan dimana Modbus Protocol selalu digunakan sebagai Slave-Protocol untuk Remote Station sedangkan pada Master Station bervariasi tergantung equipmentnya.
Berikut adalah Daftar dari Protocol yang terdaftar pada Real Time Automation.
• Master Protocol,
▪Allen Bradley DF1 half-duplex
▪AMOCAM2
▪Avtron Advantage 32 Drive
▪Barber-Coleman
▪Euritherm Drive/ Controller
▪Enraf Nonius Series 858 CIU
▪Fenner Mdrive
▪Fisher DPR Series Controller
▪McQuay
▪Microtech
▪Modbus
▪Powertech Digimax Drive
▪Westinghouse Incom/ Impacc
▪Yokogawa YS/XL and UT
• Slave Protocol hanya Modbus
Selain Real-Time Automation banyak lagi Shop-ware yang mengakreditasi protocol misalkan:
• ProSoft Technology Inc. (see also www.prosoft-technology.com)
• Miille Applied Research Company, Inc (see also www.miille.com)
• Lihat juga www.execpc.com
2.0. DATA COMMUNICATION EQUIPMENT
Data Communication Equipment (DCE) adalah merupakan link transmisi antara Transmission Medium dan Master/Remote Station atau Data Terminal Equipment (DTE) yang berfungsi untuk melakukan Modulation dan De Modulation (MODEM) terhadap data yang dikirimkan. DCE Transmission equipment meliputi Telephone modem; Radio modem; dan Satellite modem.
2.1. TELEPHONE MODEM
Telephone Modem berfungsi untuk meng-convert informasi digital dari PLC/DCS atau Computer kedalam bentuk analog signal yang compatible dengan Communication Media yang sedang digunakan. Signal ini kemudian akan ditransportasikan ke modem-penerima (Receiving modem) yang selanjutnya akan meng-covert-nya kembali kedalam bentuk digital data. Terdapat dua standard untuk fabrikasi Telephone Modem oleh manufacture yang berbeda untuk menjadi compatible yaitu:
• Bell Std.
Bell Standard banyak digunakan di Amerika serikat (USA) sampai dengan dibelinya perusahaan itu oleh AT&T
• CCIT Std.
CCIT akhirnya menjadi standard internasional untuk Modem yang juga akhirnya menjadi standard yang dipakai di USA.
Sebagian besar Modem pada saat ini conform terhadap satu atau lebih item yang terdapat pada CCIT Standard. Misalnya V.32; V32bis; V22; V90 dsb.
Note:
CCIT = Consultative Comitee for International Telephone and Telegraph.
Perlu dicatat walaupun sudah terdapat standard, pada kenyataan nya tidak ada dua jenis modem yang benar-benar compatible. Sekali lagi hal ini penting untuk dicatat pada saat akan melakukan penambahan atau melakuan retrofit terhadap instalasi existing.
Untuk memilih modem, questionare berikut ini membantu guna mendapatkan aplikasi yang tepat, antara lain:
▪Jenis link apakah yang digunakan melakukan transmisi data ?
▪Jenis transmission-mode jenis apa yang akan digunakan?
▪Jenis network topology yang mana yang akan digunakan?
▪Menggunakan 2-wire line atau 4-wire line?
▪Berapakah kecepatan transmisi data yang diperlukan?
▪Apakah “requirement” yang dibutuhkan oleh DTE devices? (Asynchronous atau synchronous operation)
▪Apakah jenis interface yang tersedia? (RS-232; MIL 188; EIA-449; IEEE-488 dsb)
▪Adakah feature lain juga diperlukan guna mendukung DTE’s?
▪Apakah memerlukan standard? (UL; CSA; FCC dsb.)
▪Rack mounted atau stand-alone modem?
▪Berapa input-power rating yang tersedia?
▪Berapa ambient temperature-nya?
▪Berapa “modem respons time” yang dikehendaki?
• Analog Dial-up Modem
Modem jenis ini mempunyai karakteristik antara lain
▪ASCII string yang digunakan untuk mengkonfigurasi dan mengontrol dial-up
▪Auto answer dan hang-up control capability
▪Transmission rate 28 kBps
▪Manufacture: data-link, Miille Applied Research Co. Ltd
• Analog Leased-Line Modem
Karakteristiknya meliputi
▪Asynchronous Point-to-point full duplex
▪Asynchronous point-to-multipoint half-duplex
▪Transmission rate 28 kBps
▪Manufacture: data-link, Miille Applied Research Co. Ltd
• Leased-Line ISU
Integrated Service Unit (ISU) adalah modem ekivalen terhadap digital data services (DDS) yang digunakan untuk system point-to-point maupun point-to-multipoint. ISU terbentuk dari dua komponen yaitu:
▪Data Services Unit (DSU) yang disambung ke RS-232 link dan
▪Channel Service Unit (CSU) yang akan mentransmit signal digital ke communication line
▪Transmission rate mencapai 57.6 kBps baik untuk poin-to-point maupun point-to-multipoint topology.
2.2. RADIO TRANSMISSION MODEM
Radio transmission modem dapat digunakan pada topology point to point; point to multipoint; atau pada pemakaian multipoint to multipoint. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan radio modem adalah radio frequency band. Frequency untuk radio transmission dapat dikelompok-kan sebagai berikut:
▪VHF (66 ~ 79 MHz; 150 ~ 174 MHz)
▪UHF (450 ~ 470 MHz)
▪High Frequency UHF (850 ~ 960 MHz)
▪Micro Wave (> 1 GHz)
Selain frequency hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah:
▪Coomuncation rate yang diperlukan
▪Space requirement. Rack-mounted atau stand alone Modem?
▪Apakah requirement dari DTE devices? synchronous atau asynchronous operation
▪Apakah jenis interface yang digunakan (RS-232, IEEE-488 dsb) feature lain untuk penyokong DTE?
▪Apakah diperlukan “featur diagnostic”
▪Apakah tersedia power supply pada remote-site?
▪Apakah diperlukan lisensi?
▪Apakah diperlukan standard? (UL, CSA, FCC,..)
▪Komposisi modem dan radio integral unit atau separate unit?
▪Radio modem “design and operation”?
▪Berapakah response time yang diperlukan?
• Radio Modem akan dijumpai dalam bentuk:
▪Integral Unit
Key-up time antara radio dan modem “fully integrated”, sehingga unit ini tidak lagi memerlukan intervensi programmable controller. Bilamana antara modem dan transmitter/receiver dipisah, maka permasalahan compatibility akan muncul.
▪Two Separate Unit, masing-masing terpisah menjadi:
Digital data modem yang dilengkapi dengan connector RS-232 dan radio transmitter/receiver yang dilengkapi dengan connector untuk Antenna
Yang sering terjadi pada metode ini adalah modem tidak langsung melakukan control pada saat radio sedang melakukan pengiriman/ transmit carrier. Yang harus dilakukan adalah communication device harus dilengkapi “key wake-up” terhadap radio sebelum melakukan “transmitting” data ke modem.
Selain itu harus diperhatikan pula time-to-transmit power requirement dari kombinasinya sebab external modem tidak mempunyai kemampuan untuk mengetahui kapan radio dalam kondisi full power. Modem memerlukan time delay sebelum pengiriman data.
• Pemilihan Radio Transmission Modem berdasarkan pada Topology
▪Point - to - Point (atau broadcast), full-duplex radio,a plikasi ini memerlukan sebuah transmitter yang terpisah dan receiver dalam masing-masing radio modem.
▪Point to Multipoint (atau broadcast) half-duplex master Radio, half duplex remote radio.
Untuk mencapai performace yang sempurna biasanya digunakan ”master” radio modem karena mempunyai transmitter yang terpisah dari receiver-nya. Hal ini juga akan menghasilkan RTS to CTS delay yang terpendek terhadap masing-masing master station data trnasmission. (RTS: Request to send, CTS: Clear to Send)
▪M/ipoint to M/poin full-duplex package radio modem mempunyai kemampuan untuk melakukan “buffer” dan interpret dalam penerimaan dan pengiriman melalui “airwave” dalam bentuk “half-duplex”
3. MASTER STATION DEVICE
Master Station didalam Sistem SCADA akan melakukan hal-hal berikut:
• Pengumpul field-data dan secara berkala membaca dan/atau menerima data baru langsung dari remote-station atau melalui sub-master station.
• Melakukan koordinasi monitoring dan control terhadap seluruh sistem melalui Operator Interface.
• Beberapa jenis master station yang banyak ditemui antara lain adalah
▪VAX atau UNIX-based Computer
Ini adalah tingkat tertinggi dari work station, penggunaan VAX-base atau UNIX-base Computer dalam berkomunikasi dengan master station melalui koneksi Local Area Network digunakan untuk melakukan “initial control action” ke remote stations melalui master station.
▪Personal Computer base
Pada sistem SCADA skala terbatas, pemakaian Personal Computer akan berfungsi sebagai master station dan juga central komputer
▪PLC atau Logic Processor base
Pemakaian Programmable Controller sebagai master station bilamana aplikasinya mengharuskan penggunaan satu atau lebih master station yang terpisah dari operator interface. Misalnya untuk pengontrolan local input dan output.
3.1.VAC/UNIX BASE COMPUTER MASTER STATION
DCS bisa dikategorikan sebagai VAX atau UNIX base Computer, pemilihan perangkat ini sebagai Master Station dilakukan dengan pertimbangan jumlah remote station yang banyak sehingga mengasilkan jumlah I/O yang besar pula (diatas 1000 I/O). Perangkat seperti ini juga dapat digunakan untuk mem-“maintain” seluruh data-base system; melakukan support terhadap local operator interface, membuat report dan menyediakan program applikasi. Master station jenis ini memerlukan program aplikasi untuk berkomunikasi melalui “ethernet-network” ke “master data concentrator” atau perangkat lain yang terhubung didalam network.
3.2. PC-BASE MASTER STATION
Perangkat ini dipilih pada konfigurasi dalam kategori “small SCADA”, software yang digunakan untuk mengoperasikan PC biasanya adalah software yang dibuat khusus misalnya RS View 32 Software, RS Link 2.0 Communication Server Software; RSLogix 5000 programming software dsb. Software tersebut harus memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk operator interface maupun master station. RSView 32 mempunyai keistimewaan selain dapat digunakan sebagai operator interface pada saat yang sama akan beroperasi sebagai master station (multi-tasking) sehingga konfigurasi semacam ini akan menghasilkan “most-inegrated” dan “cost-effective” master station untuk pemakain SCADA System dengan skala terbatas.
3.3. PLC-BASE MASTER STATION
Pemilihan PLC sebagai master station bilamana permintaan seperti dibawah ini diperlukan pada saat pengoperasian sistem SCADA.
▪master station harus mampu untuk melakukan pengendalian (control fuction) terhadap local I/O
▪redundancy master station
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan PLC adalah:
▪Processor, besarnya frequency (GHz ) yang disajikan PLC, makin besar Ghz makin cepat scan-time nya
▪Memory, besarnya kByte yang disajikan PLC
▪I/O point, jumlah maximum I/O yang terdapat pada PLC
▪Card per rack, sangat mempengaruhi dalam merancang efisiensi ruang
▪Interface: built-in atau external connector
▪Proctocol: ingat tidak ada satupun product yang menjamin protocol compatibility. Modbus adalah protocol yang banyak digunakan.
▪Maximum remote station yang dapat di tangani oleh PLC tersebut.
Pemilihan PLC juga harus mempertimbangkan terhadap jenis telemetry network yang dipilih terutama transmission mode-nya (half-duplex atau full-duplex)
4.0. SUBMASTER STATION DEVICE
Suatu aplikasi yang melibatkan I/O yang sangat besar akan memerlukan Submaster station yang akan menangani aktivitas seperti:
▪Melakukan “gathering” data dari remote station yang berada dalam region yang sama.
▪Melakukan “support” terhadap local operator interface yang berada didalam region yang sama.
▪Melakukan support logging terhadap Alarm dan Event.
▪Melakukan komunikasi terhadap “remote station data” dan support control command”
▪Melakukan interface antara remote station dengan host master station.
4.1. DATA ROUTING
Bilamana suatu aplikasi sistem SCADA memerlukan satu atau lebih data yang dikumpulkan kedalam sub-master station, maka masing-masing submaster harus dapat melakukan “half-duplex communication-support” baik terhadap master station maupun half-duplex remote station melalui serial port yang berlainan. Pada aplikasi ini submaster dapat berkomunikasi langsung dengan master station atau remote station-nya, tetapi bilamana ada “data exchange” antara master station dan remore station hanya dapat dilakukan melalui “submaster data table”. Master programming terminal dapat secara langsung melakuan “remote-programming” terhadap submaster tetapi “remote-programming” tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung kepada remote terminal. Artinya programming terhadap remote station harus melalui master substation-nya, aliran data semacam ini dinamakan sebagai data-routing (dan perangkatnya dinamakan router)
Bilamana suatu aplikasi sistem SCADA memerlukan satu atau lebih “data routing submaster station” maka harus menggunakan PLC dengan kapasitas tinggi misalkan Allen Bradley Logix 5500 yang dilengkapi dengan dua serial port. Satu serial port dikonfigurasikan half-duplex untuk berkomunikasi dengan master station sedang satu port yang lain juga harus dikonfigurasi half-duplex untuk dapat berkomunikasi dengan remote station-nya.
Pada aplikasi semacam ini data-routing submaster tidak hanya dapat berkomunikasi secara langsung dengan master dan remote station-nya, melainkan juga master station dapat mengirim “message” secara langsung ke remote station melalui submaster station tanpa melakukan “additional programming” atau menggunakan data-table memory yang terdapat pada submaster.
Programming terminal atau MMI (Man to Machine Interface) dihubungkan dengan master station melalui Ethernet atau ControlNet yang juga dapat di “route” melalui master dan submaster dalam rangka untuk melakukan programming atau “data-exchange” terhadap remote station.
5.0. REMOTE STATION DEVICE
Remote Station didalam Sistem SCADA melakukan tugas yang di-route dari Master Station atau submaster station sebagai berikut:
▪melakukan pengendalian terhadap input dan output dari field deviced; misalkan valve-valve, metering equipment, drive dsb.
▪melakukan monitoring terhadap kondisi field device dan membuat alarm-logger
▪malaporkan status field device ke master station dan meng-aplikasikan “command” yang didapat dari master station.Pada remote station pengetahuan yang cukup terhadap teknik instrumentasi dan control sangat membantu dalam pemilihan perangakt yang sesuai. Remote station harus mampu untuk melakukan pengendalian (control fuction) terhadap local I/O serta mempunyai kemampuan redundancy. Untuk persyaratan semacam ini hanyalah PLC yang sesuai untuk digunakan sebagai perangkat kerasnya. Pemilihan PLC tersebut harus disesuaikan dengan aplikasi dan budget. Pertimbangan yang menentukan dipilihnya suatu remote station device antara lain adalah:
▪Berapa jumlah analog I/O yang akan digunakan?
▪Berapa jumlah descrete I/O yang akan digunakan?
▪Apakah diperlukan integrated dial-out phone modem (ASCII Instruction)?
▪Berapakah program/ data memory yang diperlukan (8K, 16K, 32K atau 64K)?
▪Aapakah diperlukan redundancy?
▪Apakah diperlukan mathematical function?
▪Apakah diperlukan PID controller setting?
▪Apakah diperlukan on-line programming capability?
▪Apakah diperlukan “key switch”?
▪Apakah diperlukan built-in clock/ calendar?
▪Apakah diperlukan local MMI?
▪Apakah diperlukan programming communication port?
▪Berapakah level power supply yang tersedia cukup?
▪Apakah memerlukan communication protocol?
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
1.0. TELEMETRY NETWORK
Telemetry-network merupakan komponen terpenting didalam menyajikan alur komunikasi (communication pathway) pada sistem SCADA. Yang harus diperhatikan adalah pada pemakaian dapat mengikutsertakan lebih dari satu jenis telemetry network. Misalnya pada pemakaian yang bersifat critical biasanya memerlukan sistem back-up atau recovery procedure untuk jaringan utamanya. Dengan demikian analisa terhadap requirement untuk pemilihan terhadap sistem komunikasi amat menentukan suksesnya telemetry network system terpilih. Komponen dari telemetry network meliputi:
• Topology;
• Transmission Mode;
• Link Media dan
• Protocol.
1.1. TOPOLOGY.
Topology adalah suatu geometric arrangement nodes dan link yang membentuk suatu sistem telemetry network yang bisa berupa point-to-point; point-to-multipoint maupun multipoint-to-multipoint topology
• Point to Point.
Ini adalah link komunikasi yang digunakan diantara dua station. Masing-masing station dapat melakukan komunikasi dengan lainnya atau salah satu station dapat melakukan inquire & control terhadap station yang lain. digunakan bilamana diperlukan peer to peer communication connection, misalkan back-up communication link antar remote station yang terletak di-site dan master control station yang berada di control room.
• Point To Multipoint
Disebut juga multi drop communication adalah communication-link terhadap tiga atau lebih station dimana salah satunya merupakan communication-arbitrator (master) yang akan melakukan control bilamana station yang lain berkomunikasi dengannya. Point to Multipoint adalah topology utama yang diapliksikan pada Sistem SCADA
• Multipoint To Multipoint
Ini adalah link komunikasi antar tiga atau lebih master station dimana tidak terdapat masterstation yang menjadi communication-arbitrator dengan demikian setiap master station dapat dipanggil untuk berkomunikasi dengan yang lain.
1.2. TRANSMISSION MODE
Transmission Mode adalah suatu upaya bagaimana suatu informasi dapat dikirimkan dan diterima diantara station dalam suatu network. Topologi dari suatu sistem SCADA, biasanya akan menentukan jenis transmission mode dari data yang akan dikirimkan. Ada tiga jenis transmission mode yaitu simplex, half-duplex dan full-duplex
• Simplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi akan dikirimkan tanpa memerlukan jawaban dari penerima. Transmission mode jenis ini dapatdijumpai pada point to point maupun point to multipoint topology
• Half Duplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi dikirimkan sekaligus pada communication-link dalam satu arah. Bilamana penerima akan membalas data yang diterima, maka harus menunggu sampai semua data habis terkirim. Transmission mode jenis ini dijumpai pada point to multipoint topology
• Full Duplex
Pada transmission mode jenis ini semua informasi akan dikirimkan dan diterima pada saat yang bersamaan. Transmission mode ini dijumpai pada point to point topology
1.3. LINK MEDIA
Link-media adalah prasarana yang tersedia guna merealisasikan bagaimana suatu informasi dikirimkan dan diterima diantara station dalam satu network yang sama, link media tergantung pada hal-hal berikut:
• Aplikasi data-transmission yang diperlukan
• Lokasi dari remote-site dan control center nya
• Jarak antar remote site
• Link media yang tersedia di-area tersebut dan
• Project budget
• Public Transmission Media, meliputi:
▪Public Switch Telephone Network (PSTN): dial-up network ini disediakan oleh perusahaan jasa telekomunikasi. Jenis line ini yang biasa digunakan sehari-hari untuk voice dan transmisi data.
▪Private Lease Line (PLL): PLL adalah dedicated line yang secara tetap menghubungkan antara dua atau lebih lokasi yang digunakan untuk pengiriman data secara analog. Bilamana menginginkan line ini untuk bisa mentransmisi voice maka diperlukan “voice option”
▪Digital Data Services (DDS): DDS adalah “wide-bandwidth” khusus yang disewakan secara privat dengan menggunakan teknik digital untuk mentransfer data dengan kecepatan tinggi dengan error terendah
• Atmospheric Media
▪Microwave Radio: media ini berupa high-frequency (GHz) terrestrial radio transmission and reception yang menggunakan parabolic-dishes sebagai antena. Dish-anttena biasanya ditempatkan pada tower atau atap dari bangunan, karena media ini menginginkan line-of-sight topology.
▪VHF/UHF Radio: media ini berupa transmisi “high-frequency electromagnetic wave” yang memancarkan signal dan kemudian ditangkap oleh antenna penerima lain yang berada dalam jangkauan-nya.
▪Geosychronous Satellite: media ini menggunakan transmisi jenis high-frequency (GHz) untuk melakukan “route-transmission” antar site. Dalam hal ini orbit satelit harus dijaga agar selalu sinkron terhadap orbit bumi (geosynchronous orbit) dengan demikian satelit akan selalu berada ditempatnya relatif sama terhadap bumi. Satelit akan menerima signal dan selanjutnya akan men-transfer nya ke earth antenna.
• Power Line
Dengan menggunakan peralatan komunikasi data khusus berupa power delivery media dan RS-232 Interface maka suatu data dapat dikirimkan atau diterima melalui Power Supply 120 VAC atau 460 VAC.
1.4. PROTOCOL
Kegunaan dari Protocol adalah untuk menentukan format data yang akan dikirim ke remote station. Komponen dari protocol meliputi:
• hand-shaking;
• error detection;
• error recovery dsb.
yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pemilihan protocol adalah: Connection topology (point to point atau point to multi point); Transmission Mode (half-duplex atau full-duplex); sabungan terhadap protocol existing equipment. Real Time Automation adalah salah Sistem SCADA software house yang bannyak digunakan dimana Modbus Protocol selalu digunakan sebagai Slave-Protocol untuk Remote Station sedangkan pada Master Station bervariasi tergantung equipmentnya.
Berikut adalah Daftar dari Protocol yang terdaftar pada Real Time Automation.
• Master Protocol,
▪Allen Bradley DF1 half-duplex
▪AMOCAM2
▪Avtron Advantage 32 Drive
▪Barber-Coleman
▪Euritherm Drive/ Controller
▪Enraf Nonius Series 858 CIU
▪Fenner Mdrive
▪Fisher DPR Series Controller
▪McQuay
▪Microtech
▪Modbus
▪Powertech Digimax Drive
▪Westinghouse Incom/ Impacc
▪Yokogawa YS/XL and UT
• Slave Protocol hanya Modbus
Selain Real-Time Automation banyak lagi Shop-ware yang mengakreditasi protocol misalkan:
• ProSoft Technology Inc. (see also www.prosoft-technology.com)
• Miille Applied Research Company, Inc (see also www.miille.com)
• Lihat juga www.execpc.com
2.0. DATA COMMUNICATION EQUIPMENT
Data Communication Equipment (DCE) adalah merupakan link transmisi antara Transmission Medium dan Master/Remote Station atau Data Terminal Equipment (DTE) yang berfungsi untuk melakukan Modulation dan De Modulation (MODEM) terhadap data yang dikirimkan. DCE Transmission equipment meliputi Telephone modem; Radio modem; dan Satellite modem.
2.1. TELEPHONE MODEM
Telephone Modem berfungsi untuk meng-convert informasi digital dari PLC/DCS atau Computer kedalam bentuk analog signal yang compatible dengan Communication Media yang sedang digunakan. Signal ini kemudian akan ditransportasikan ke modem-penerima (Receiving modem) yang selanjutnya akan meng-covert-nya kembali kedalam bentuk digital data. Terdapat dua standard untuk fabrikasi Telephone Modem oleh manufacture yang berbeda untuk menjadi compatible yaitu:
• Bell Std.
Bell Standard banyak digunakan di Amerika serikat (USA) sampai dengan dibelinya perusahaan itu oleh AT&T
• CCIT Std.
CCIT akhirnya menjadi standard internasional untuk Modem yang juga akhirnya menjadi standard yang dipakai di USA.
Sebagian besar Modem pada saat ini conform terhadap satu atau lebih item yang terdapat pada CCIT Standard. Misalnya V.32; V32bis; V22; V90 dsb.
Note:
CCIT = Consultative Comitee for International Telephone and Telegraph.
Perlu dicatat walaupun sudah terdapat standard, pada kenyataan nya tidak ada dua jenis modem yang benar-benar compatible. Sekali lagi hal ini penting untuk dicatat pada saat akan melakukan penambahan atau melakuan retrofit terhadap instalasi existing.
Untuk memilih modem, questionare berikut ini membantu guna mendapatkan aplikasi yang tepat, antara lain:
▪Jenis link apakah yang digunakan melakukan transmisi data ?
▪Jenis transmission-mode jenis apa yang akan digunakan?
▪Jenis network topology yang mana yang akan digunakan?
▪Menggunakan 2-wire line atau 4-wire line?
▪Berapakah kecepatan transmisi data yang diperlukan?
▪Apakah “requirement” yang dibutuhkan oleh DTE devices? (Asynchronous atau synchronous operation)
▪Apakah jenis interface yang tersedia? (RS-232; MIL 188; EIA-449; IEEE-488 dsb)
▪Adakah feature lain juga diperlukan guna mendukung DTE’s?
▪Apakah memerlukan standard? (UL; CSA; FCC dsb.)
▪Rack mounted atau stand-alone modem?
▪Berapa input-power rating yang tersedia?
▪Berapa ambient temperature-nya?
▪Berapa “modem respons time” yang dikehendaki?
• Analog Dial-up Modem
Modem jenis ini mempunyai karakteristik antara lain
▪ASCII string yang digunakan untuk mengkonfigurasi dan mengontrol dial-up
▪Auto answer dan hang-up control capability
▪Transmission rate 28 kBps
▪Manufacture: data-link, Miille Applied Research Co. Ltd
• Analog Leased-Line Modem
Karakteristiknya meliputi
▪Asynchronous Point-to-point full duplex
▪Asynchronous point-to-multipoint half-duplex
▪Transmission rate 28 kBps
▪Manufacture: data-link, Miille Applied Research Co. Ltd
• Leased-Line ISU
Integrated Service Unit (ISU) adalah modem ekivalen terhadap digital data services (DDS) yang digunakan untuk system point-to-point maupun point-to-multipoint. ISU terbentuk dari dua komponen yaitu:
▪Data Services Unit (DSU) yang disambung ke RS-232 link dan
▪Channel Service Unit (CSU) yang akan mentransmit signal digital ke communication line
▪Transmission rate mencapai 57.6 kBps baik untuk poin-to-point maupun point-to-multipoint topology.
2.2. RADIO TRANSMISSION MODEM
Radio transmission modem dapat digunakan pada topology point to point; point to multipoint; atau pada pemakaian multipoint to multipoint. Hal utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan radio modem adalah radio frequency band. Frequency untuk radio transmission dapat dikelompok-kan sebagai berikut:
▪VHF (66 ~ 79 MHz; 150 ~ 174 MHz)
▪UHF (450 ~ 470 MHz)
▪High Frequency UHF (850 ~ 960 MHz)
▪Micro Wave (> 1 GHz)
Selain frequency hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah:
▪Coomuncation rate yang diperlukan
▪Space requirement. Rack-mounted atau stand alone Modem?
▪Apakah requirement dari DTE devices? synchronous atau asynchronous operation
▪Apakah jenis interface yang digunakan (RS-232, IEEE-488 dsb) feature lain untuk penyokong DTE?
▪Apakah diperlukan “featur diagnostic”
▪Apakah tersedia power supply pada remote-site?
▪Apakah diperlukan lisensi?
▪Apakah diperlukan standard? (UL, CSA, FCC,..)
▪Komposisi modem dan radio integral unit atau separate unit?
▪Radio modem “design and operation”?
▪Berapakah response time yang diperlukan?
• Radio Modem akan dijumpai dalam bentuk:
▪Integral Unit
Key-up time antara radio dan modem “fully integrated”, sehingga unit ini tidak lagi memerlukan intervensi programmable controller. Bilamana antara modem dan transmitter/receiver dipisah, maka permasalahan compatibility akan muncul.
▪Two Separate Unit, masing-masing terpisah menjadi:
Digital data modem yang dilengkapi dengan connector RS-232 dan radio transmitter/receiver yang dilengkapi dengan connector untuk Antenna
Yang sering terjadi pada metode ini adalah modem tidak langsung melakukan control pada saat radio sedang melakukan pengiriman/ transmit carrier. Yang harus dilakukan adalah communication device harus dilengkapi “key wake-up” terhadap radio sebelum melakukan “transmitting” data ke modem.
Selain itu harus diperhatikan pula time-to-transmit power requirement dari kombinasinya sebab external modem tidak mempunyai kemampuan untuk mengetahui kapan radio dalam kondisi full power. Modem memerlukan time delay sebelum pengiriman data.
• Pemilihan Radio Transmission Modem berdasarkan pada Topology
▪Point - to - Point (atau broadcast), full-duplex radio,a plikasi ini memerlukan sebuah transmitter yang terpisah dan receiver dalam masing-masing radio modem.
▪Point to Multipoint (atau broadcast) half-duplex master Radio, half duplex remote radio.
Untuk mencapai performace yang sempurna biasanya digunakan ”master” radio modem karena mempunyai transmitter yang terpisah dari receiver-nya. Hal ini juga akan menghasilkan RTS to CTS delay yang terpendek terhadap masing-masing master station data trnasmission. (RTS: Request to send, CTS: Clear to Send)
▪M/ipoint to M/poin full-duplex package radio modem mempunyai kemampuan untuk melakukan “buffer” dan interpret dalam penerimaan dan pengiriman melalui “airwave” dalam bentuk “half-duplex”
3. MASTER STATION DEVICE
Master Station didalam Sistem SCADA akan melakukan hal-hal berikut:
• Pengumpul field-data dan secara berkala membaca dan/atau menerima data baru langsung dari remote-station atau melalui sub-master station.
• Melakukan koordinasi monitoring dan control terhadap seluruh sistem melalui Operator Interface.
• Beberapa jenis master station yang banyak ditemui antara lain adalah
▪VAX atau UNIX-based Computer
Ini adalah tingkat tertinggi dari work station, penggunaan VAX-base atau UNIX-base Computer dalam berkomunikasi dengan master station melalui koneksi Local Area Network digunakan untuk melakukan “initial control action” ke remote stations melalui master station.
▪Personal Computer base
Pada sistem SCADA skala terbatas, pemakaian Personal Computer akan berfungsi sebagai master station dan juga central komputer
▪PLC atau Logic Processor base
Pemakaian Programmable Controller sebagai master station bilamana aplikasinya mengharuskan penggunaan satu atau lebih master station yang terpisah dari operator interface. Misalnya untuk pengontrolan local input dan output.
3.1.VAC/UNIX BASE COMPUTER MASTER STATION
DCS bisa dikategorikan sebagai VAX atau UNIX base Computer, pemilihan perangkat ini sebagai Master Station dilakukan dengan pertimbangan jumlah remote station yang banyak sehingga mengasilkan jumlah I/O yang besar pula (diatas 1000 I/O). Perangkat seperti ini juga dapat digunakan untuk mem-“maintain” seluruh data-base system; melakukan support terhadap local operator interface, membuat report dan menyediakan program applikasi. Master station jenis ini memerlukan program aplikasi untuk berkomunikasi melalui “ethernet-network” ke “master data concentrator” atau perangkat lain yang terhubung didalam network.
3.2. PC-BASE MASTER STATION
Perangkat ini dipilih pada konfigurasi dalam kategori “small SCADA”, software yang digunakan untuk mengoperasikan PC biasanya adalah software yang dibuat khusus misalnya RS View 32 Software, RS Link 2.0 Communication Server Software; RSLogix 5000 programming software dsb. Software tersebut harus memenuhi persyaratan dapat digunakan untuk operator interface maupun master station. RSView 32 mempunyai keistimewaan selain dapat digunakan sebagai operator interface pada saat yang sama akan beroperasi sebagai master station (multi-tasking) sehingga konfigurasi semacam ini akan menghasilkan “most-inegrated” dan “cost-effective” master station untuk pemakain SCADA System dengan skala terbatas.
3.3. PLC-BASE MASTER STATION
Pemilihan PLC sebagai master station bilamana permintaan seperti dibawah ini diperlukan pada saat pengoperasian sistem SCADA.
▪master station harus mampu untuk melakukan pengendalian (control fuction) terhadap local I/O
▪redundancy master station
Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan PLC adalah:
▪Processor, besarnya frequency (GHz ) yang disajikan PLC, makin besar Ghz makin cepat scan-time nya
▪Memory, besarnya kByte yang disajikan PLC
▪I/O point, jumlah maximum I/O yang terdapat pada PLC
▪Card per rack, sangat mempengaruhi dalam merancang efisiensi ruang
▪Interface: built-in atau external connector
▪Proctocol: ingat tidak ada satupun product yang menjamin protocol compatibility. Modbus adalah protocol yang banyak digunakan.
▪Maximum remote station yang dapat di tangani oleh PLC tersebut.
Pemilihan PLC juga harus mempertimbangkan terhadap jenis telemetry network yang dipilih terutama transmission mode-nya (half-duplex atau full-duplex)
4.0. SUBMASTER STATION DEVICE
Suatu aplikasi yang melibatkan I/O yang sangat besar akan memerlukan Submaster station yang akan menangani aktivitas seperti:
▪Melakukan “gathering” data dari remote station yang berada dalam region yang sama.
▪Melakukan “support” terhadap local operator interface yang berada didalam region yang sama.
▪Melakukan support logging terhadap Alarm dan Event.
▪Melakukan komunikasi terhadap “remote station data” dan support control command”
▪Melakukan interface antara remote station dengan host master station.
4.1. DATA ROUTING
Bilamana suatu aplikasi sistem SCADA memerlukan satu atau lebih data yang dikumpulkan kedalam sub-master station, maka masing-masing submaster harus dapat melakukan “half-duplex communication-support” baik terhadap master station maupun half-duplex remote station melalui serial port yang berlainan. Pada aplikasi ini submaster dapat berkomunikasi langsung dengan master station atau remote station-nya, tetapi bilamana ada “data exchange” antara master station dan remore station hanya dapat dilakukan melalui “submaster data table”. Master programming terminal dapat secara langsung melakuan “remote-programming” terhadap submaster tetapi “remote-programming” tersebut tidak dapat dilakukan secara langsung kepada remote terminal. Artinya programming terhadap remote station harus melalui master substation-nya, aliran data semacam ini dinamakan sebagai data-routing (dan perangkatnya dinamakan router)
Bilamana suatu aplikasi sistem SCADA memerlukan satu atau lebih “data routing submaster station” maka harus menggunakan PLC dengan kapasitas tinggi misalkan Allen Bradley Logix 5500 yang dilengkapi dengan dua serial port. Satu serial port dikonfigurasikan half-duplex untuk berkomunikasi dengan master station sedang satu port yang lain juga harus dikonfigurasi half-duplex untuk dapat berkomunikasi dengan remote station-nya.
Pada aplikasi semacam ini data-routing submaster tidak hanya dapat berkomunikasi secara langsung dengan master dan remote station-nya, melainkan juga master station dapat mengirim “message” secara langsung ke remote station melalui submaster station tanpa melakukan “additional programming” atau menggunakan data-table memory yang terdapat pada submaster.
Programming terminal atau MMI (Man to Machine Interface) dihubungkan dengan master station melalui Ethernet atau ControlNet yang juga dapat di “route” melalui master dan submaster dalam rangka untuk melakukan programming atau “data-exchange” terhadap remote station.
5.0. REMOTE STATION DEVICE
Remote Station didalam Sistem SCADA melakukan tugas yang di-route dari Master Station atau submaster station sebagai berikut:
▪melakukan pengendalian terhadap input dan output dari field deviced; misalkan valve-valve, metering equipment, drive dsb.
▪melakukan monitoring terhadap kondisi field device dan membuat alarm-logger
▪malaporkan status field device ke master station dan meng-aplikasikan “command” yang didapat dari master station.Pada remote station pengetahuan yang cukup terhadap teknik instrumentasi dan control sangat membantu dalam pemilihan perangakt yang sesuai. Remote station harus mampu untuk melakukan pengendalian (control fuction) terhadap local I/O serta mempunyai kemampuan redundancy. Untuk persyaratan semacam ini hanyalah PLC yang sesuai untuk digunakan sebagai perangkat kerasnya. Pemilihan PLC tersebut harus disesuaikan dengan aplikasi dan budget. Pertimbangan yang menentukan dipilihnya suatu remote station device antara lain adalah:
▪Berapa jumlah analog I/O yang akan digunakan?
▪Berapa jumlah descrete I/O yang akan digunakan?
▪Apakah diperlukan integrated dial-out phone modem (ASCII Instruction)?
▪Berapakah program/ data memory yang diperlukan (8K, 16K, 32K atau 64K)?
▪Aapakah diperlukan redundancy?
▪Apakah diperlukan mathematical function?
▪Apakah diperlukan PID controller setting?
▪Apakah diperlukan on-line programming capability?
▪Apakah diperlukan “key switch”?
▪Apakah diperlukan built-in clock/ calendar?
▪Apakah diperlukan local MMI?
▪Apakah diperlukan programming communication port?
▪Berapakah level power supply yang tersedia cukup?
▪Apakah memerlukan communication protocol?
▪Apakah memerlukan remote station programming melalui telemetry system?
Jumat, 25 Mei 2018
INSTRUMENT WIRING
INSTRUMENT WIRING
Created by Cak Unggul
Ramadhan 20 May 2018
Signal Wiring dan Control Wiring,
Kabel yang digunakan adalah multi-conductor dengan color-code dengan ukuran 18-AWG akan digunakan sebagai wiring untuk signal dan control.
Thermocouple Wiring
Sambungan tunggal ke thermocouple adalah kabel dengan ukuran 16 AWG biasanya yang compatible dengan thermocouple. Kabel thermoucouple (lead) harus kontinyu dari instrument ke sensor thermocouple tanpa menggunakan terminal , tanpa ada splice. Junction boxnya harus suitable enclosed block.
Catatan:
Setiap juction box dapat bertindak sebagai thermocouple terminal dari thermocouple yang lain. Kabel hermocouple (lead) tidak boleh di install pada conduit yang sama dengan signal lead yang lain apakah AC atau DC. Koneksi antara kabel thermocouple dan rigid conduit harus berupa bentuk flexible conduit berupa "drop loop" untuk mencegah uap air masuk kedalam conduit. Kabel fitting harus di pasang untuk mencegah fluida proses masuk kedalam conduit yang berasal dari thrmowell yang patah.
Communication-System Wiring
Telephone communication system akan dipasang oleh perusahaan Tekom dimana wiring didalam plant harus ditempatkan pada 1-inch rigid conduit.
Grounding System Wiring.
Grounding system untuk instrument harus dipisah dari electrical grouunding system. Grounding system akan berberfungsi untuk melimdungi personnel, equipment dan jaringan listrik yang diakibatkan oleh akumulasi muatan listrik statis pada equipment atau structure.
Instrument grounding sistem akan dibuat dari MAIN GROUNDING ROD yang dipasang dibawah tanah dalam bentuk meja yang menyentuh air tanah (water table). Branch tap dari main grounding rod ditempelkan pada equpment atau structure. Grounding rod harus diberi mechanical protection bilamana ditempatkan pada concrete floor atau paving.
Grounding Connection.
Pemasangan grounding connection dipasang dengan kondisi sebagai berikut:
1. Pada semua enclosure peralatan listrik yang mempunyai tegangan diatas 300V
2. Pada semua conduit logam dengan circuit diatas 6009V
3. Pagar besi yang membatasi peralatan listrik
4. Pada semua vessel yang diisi liquid flameable dan structure support.
Catatan;
1, Pada connection harus disediakan "grounding bus" paling sedikit dua path yang dihubungkan ke ground.
2, Masing-masing grounding point hanya diijinkan mempunyai tahan 5-ohm ke ground.
Wiring Connection
Spesifikasi wiring untuk grounding system adalah stranded, bare copper, size 2 AWG. Pada bagian bawah (below –grade), ground-wire connection harus "caldwell" atau thermowell process. Sambungan ke ground rod harus bentuk "solderless" terutama "manufactured grounding connector".
Bilamana diperlukan cathodic protection maka wiring harus dibeti isolasi. "Insulation grounding" diberi warna hijau,
Grounding connection "underground" harus diberi pelapis SCOTCHFILL PUTTY dan di WRAP dengan SCOTCH-33 TAPE dengan ketebalan 1-1/2 kali insulationnya. Connection kemudian harus di SEAL dengan SCOTCHKOTE electrical coating.
Wiring Methods
Secara umum wiring untuk instrument connection harus ditempatkan didalam conduit. Bilamana diijinkan oleh NEC Article 318 boleh digunakan cable tray dan kabel multicunductor.
Fitting dan Box
Conduit fitting dan box digunakan untuk menarik kabel kemudian di SPLICING dan dihubungkan ke equipment dan peralatan instrument. Untuk area non hazardous (Class I, Group D, Division 2) conduit harus berupa threaded "cast type" dengan cover yang diberi gasket. Untuk daerah Hazardous (Class I, Group D, Division 1) harus digunakan Fitting dan Box explosion-proof. Box yang ditempatkan di indoor dan non-hazardous digunakan NEMA 4
Sealing
NEC menentukan Seal Fitting harus digunakan pada area yang mempunyai klasifikasi Class I, Group D, Division 1 dan 2
Draining
Harus ditetapkan bahwa semu conduit harus diberi drainage
Conductor Indentification
Indentification tape permanen yang menunjukkan terminal atau wire number harus ditempatkan pada setiap konduktor pada setiap tap dan termination.
Conduit
Untuk penempatan OUTDOOR semua conduit haru di GALVANIZED, terbuat dari RIGID STEEL dengan diameter minimum ¾-inch Untuk short run ke enclosure ukuran conduit bisa ½-inch. Untuk instalasi underground bisa diambil 1-inch. Non metallic conduit tidak dapat di gunakan pada kondisi hazardous.
Overhead Conduit Run
Conduit run terbuka dapat dapat ditemui terpasang secara horizontal atau vertikal,pada dinding, ceiling atau structure. Conduit-conduit ini harus dipasang rapi berurutan dan dan diberisuppor fix setiap 10-ft. Smua support pada conduit harus di galvanized.
Created by Cak Unggul
Ramadhan 20 May 2018
Signal Wiring dan Control Wiring,
Kabel yang digunakan adalah multi-conductor dengan color-code dengan ukuran 18-AWG akan digunakan sebagai wiring untuk signal dan control.
Thermocouple Wiring
Sambungan tunggal ke thermocouple adalah kabel dengan ukuran 16 AWG biasanya yang compatible dengan thermocouple. Kabel thermoucouple (lead) harus kontinyu dari instrument ke sensor thermocouple tanpa menggunakan terminal , tanpa ada splice. Junction boxnya harus suitable enclosed block.
Catatan:
Setiap juction box dapat bertindak sebagai thermocouple terminal dari thermocouple yang lain. Kabel hermocouple (lead) tidak boleh di install pada conduit yang sama dengan signal lead yang lain apakah AC atau DC. Koneksi antara kabel thermocouple dan rigid conduit harus berupa bentuk flexible conduit berupa "drop loop" untuk mencegah uap air masuk kedalam conduit. Kabel fitting harus di pasang untuk mencegah fluida proses masuk kedalam conduit yang berasal dari thrmowell yang patah.
Communication-System Wiring
Telephone communication system akan dipasang oleh perusahaan Tekom dimana wiring didalam plant harus ditempatkan pada 1-inch rigid conduit.
Grounding System Wiring.
Grounding system untuk instrument harus dipisah dari electrical grouunding system. Grounding system akan berberfungsi untuk melimdungi personnel, equipment dan jaringan listrik yang diakibatkan oleh akumulasi muatan listrik statis pada equipment atau structure.
Instrument grounding sistem akan dibuat dari MAIN GROUNDING ROD yang dipasang dibawah tanah dalam bentuk meja yang menyentuh air tanah (water table). Branch tap dari main grounding rod ditempelkan pada equpment atau structure. Grounding rod harus diberi mechanical protection bilamana ditempatkan pada concrete floor atau paving.
Grounding Connection.
Pemasangan grounding connection dipasang dengan kondisi sebagai berikut:
1. Pada semua enclosure peralatan listrik yang mempunyai tegangan diatas 300V
2. Pada semua conduit logam dengan circuit diatas 6009V
3. Pagar besi yang membatasi peralatan listrik
4. Pada semua vessel yang diisi liquid flameable dan structure support.
Catatan;
1, Pada connection harus disediakan "grounding bus" paling sedikit dua path yang dihubungkan ke ground.
2, Masing-masing grounding point hanya diijinkan mempunyai tahan 5-ohm ke ground.
Wiring Connection
Spesifikasi wiring untuk grounding system adalah stranded, bare copper, size 2 AWG. Pada bagian bawah (below –grade), ground-wire connection harus "caldwell" atau thermowell process. Sambungan ke ground rod harus bentuk "solderless" terutama "manufactured grounding connector".
Bilamana diperlukan cathodic protection maka wiring harus dibeti isolasi. "Insulation grounding" diberi warna hijau,
Grounding connection "underground" harus diberi pelapis SCOTCHFILL PUTTY dan di WRAP dengan SCOTCH-33 TAPE dengan ketebalan 1-1/2 kali insulationnya. Connection kemudian harus di SEAL dengan SCOTCHKOTE electrical coating.
Wiring Methods
Secara umum wiring untuk instrument connection harus ditempatkan didalam conduit. Bilamana diijinkan oleh NEC Article 318 boleh digunakan cable tray dan kabel multicunductor.
Fitting dan Box
Conduit fitting dan box digunakan untuk menarik kabel kemudian di SPLICING dan dihubungkan ke equipment dan peralatan instrument. Untuk area non hazardous (Class I, Group D, Division 2) conduit harus berupa threaded "cast type" dengan cover yang diberi gasket. Untuk daerah Hazardous (Class I, Group D, Division 1) harus digunakan Fitting dan Box explosion-proof. Box yang ditempatkan di indoor dan non-hazardous digunakan NEMA 4
Sealing
NEC menentukan Seal Fitting harus digunakan pada area yang mempunyai klasifikasi Class I, Group D, Division 1 dan 2
Draining
Harus ditetapkan bahwa semu conduit harus diberi drainage
Conductor Indentification
Indentification tape permanen yang menunjukkan terminal atau wire number harus ditempatkan pada setiap konduktor pada setiap tap dan termination.
Conduit
Untuk penempatan OUTDOOR semua conduit haru di GALVANIZED, terbuat dari RIGID STEEL dengan diameter minimum ¾-inch Untuk short run ke enclosure ukuran conduit bisa ½-inch. Untuk instalasi underground bisa diambil 1-inch. Non metallic conduit tidak dapat di gunakan pada kondisi hazardous.
Overhead Conduit Run
Conduit run terbuka dapat dapat ditemui terpasang secara horizontal atau vertikal,pada dinding, ceiling atau structure. Conduit-conduit ini harus dipasang rapi berurutan dan dan diberisuppor fix setiap 10-ft. Smua support pada conduit harus di galvanized.
ANALYSER
ANALYSER
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
APPLIKASI.
Analyser biasanya diperlukan untuk mengetahui kualitas suatu produk atau untuk meng-optimalisasi-kan proses. Analyser juga diperuntukkan bagi evaluasi suatu plant
SPESIFIKASI
Perangkat analyser industri harus disesuaikan dengan electrical area classification Class I, Group D, Division 2 sesuai ISA RP 12.1 “Electrical Instrument in Hazardous Atmosphere”.
Semua perangkat analytical harus mempunyai kemampuan untuk LOCAL READ OUT (dibaca ditempat dimans peralatan berada). Analyser harus bisa mengirim signal electric 4-20mA DC dan dilengkapi dengan kontak alarm. Bilamana memungkinkan harus dilengkapi juga dengan prefabricated sample system.
KALIBRASI
Analyser manufacturer harus meyediakan semua KIT yang akan digunakan seperti: GAS, CARD atau item lain yang diperlukan untuk mengkalibrasi analyser.
PEMASANGAN
Perpipaan sample harus dibuat sependek mungkn, bila perpipaan sample cukup panjang harus diberi pemanasan atau insolasi untuk menjadkan samplle terpelihara kondisi prosesnya. Pada tempat yang terik ada sampling line yang didinginkan untuk menghindari penguapan. Pemasangan analyser harus mengikuti regulasi API 550 atau standard lain yang berlaku setempar. Pada umumnya analyser memerlukan “field start up service” dari analyser manufacturer,
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
APPLIKASI.
Analyser biasanya diperlukan untuk mengetahui kualitas suatu produk atau untuk meng-optimalisasi-kan proses. Analyser juga diperuntukkan bagi evaluasi suatu plant
SPESIFIKASI
Perangkat analyser industri harus disesuaikan dengan electrical area classification Class I, Group D, Division 2 sesuai ISA RP 12.1 “Electrical Instrument in Hazardous Atmosphere”.
Semua perangkat analytical harus mempunyai kemampuan untuk LOCAL READ OUT (dibaca ditempat dimans peralatan berada). Analyser harus bisa mengirim signal electric 4-20mA DC dan dilengkapi dengan kontak alarm. Bilamana memungkinkan harus dilengkapi juga dengan prefabricated sample system.
KALIBRASI
Analyser manufacturer harus meyediakan semua KIT yang akan digunakan seperti: GAS, CARD atau item lain yang diperlukan untuk mengkalibrasi analyser.
PEMASANGAN
Perpipaan sample harus dibuat sependek mungkn, bila perpipaan sample cukup panjang harus diberi pemanasan atau insolasi untuk menjadkan samplle terpelihara kondisi prosesnya. Pada tempat yang terik ada sampling line yang didinginkan untuk menghindari penguapan. Pemasangan analyser harus mengikuti regulasi API 550 atau standard lain yang berlaku setempar. Pada umumnya analyser memerlukan “field start up service” dari analyser manufacturer,
ALARM & SHUTDOWN SYSTEM
ALARM DAN SISTEM SHUTDOWN
ALARM SYSTEM
Alarm annunciator system akan memproduksi signal visual dan audible yang merupakan ALERT bagi operator sebagai info adanya kondisi abnormal. Kondisi abnormal ini boleh jadi critical terhadap proces dan potensi bahaya terhadap personal atau equipment. signal alarm tersebut bisa berasal dari:
Trouble Contact
Contact closure merupakan input ke alarm system bisa di kirim dari field atau dari panel instrument. Minimum requirement dari SWITCH kontak adalh single pole, double throw (SPDT)
Field Instrument
Field instrument switch yang digunakan untuk meng-actuate sistem alarm harus memenuhi persyaratan field mounted instrument. Field mounted switch harus memenuhi syarat area classification electrical.
ANNUNCIATOR SEQUENCE
Standard sequence untuk alarm system diperlihatkan seperti berikut:
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set (visual FLASHING) (audible ON)
▪Acknowledge (visual ON) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF) (audible SILENT)
Alarm system sebagai bagian dari interlock system kadang-kadang dinyatakan dalam FIRST-OUT sequence. Ini akan memberi catatan pada operator komponen mana yang yang mnyebabkan terjadinya interlock.
Sequence untuk first ou process dinyatakan sebagai berikut
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set first out (visual FLASHING) (audible ON)
▪Upset subsequent coponent (visual ON Steady) (audible ON)
▪First out acknowledge (visual FLASHING) (audible SILENT)
▪Subsquent acknowledged (visual ON STEADY) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF) (audible SILENT)
Beberapa SEQUENCE memerlukan campur tangan operator untuk melakukan reset terhadap sistem alarm pada saat proses kembali ke normal. Selama proses alarm abnormal, hal demikian akan menyebabkan kebingungan pada operator.
SHUTDOWN SYSTEM
Shutdown system harus merespons kondisi hazardous sebelum terjadi kerusakkan. System shutdown dipasang guna untuk melindungi equipment atau proses yang mungkin akan bereaksi cepat dibandingkan dengan respons manusia. Biasanya ada yang yang namanya WAKTU untuk dilakukan corrective action masing-masing variable yang diukur harus ditetapkan antara proses normal dan kondisi shutdown.
Shutdown Contact.
Setiap input ke shutdown system Hrus berdiri sendiri tidak dicampur dengan sistem measurement sistem yang lain. Hal ini akan menambah safety factor dan membuat prosedur checking lebih mudah.
Contact harus DPDT sehingga satu set contact dapat di wiring ke sistem shutdown. Shutdown tidak boleh dilakukan tanpa memberi alarm pada operator.
Shutdown Alarm
Sequence dari alarm untuk shutdown system serupa seperti FIRST OUT Standard sequence untuk Alarm System diperlihatkan seperti daftar berikut:
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set (visual FLASHING) (audible ON)
▪Alarm Acknoledgeed (visual ON Steady) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF),(audible SILENT)
Reset
Bila semua kondisi process kembali normal setelah shutdown seuma equipment harus di RESTART dari field. Dengan demikian semua solenoid dan equipment sejenis harus punya manual reset local. Khusus untuk pompa-pompa bisa di reset dari central control room.
INTRUMENT PURGE ALARM
Kebanyakkan instrument jenis electric dan electronic (seperti analyser) ditempatkan pada local panel. Instrument-instrument ini harus mempunyai electrical area requirement dengan purging udara kedalam local panel. Instrument air purge dibuat dengan membuat positive pressure didalam enclosure local panel.
Air purge dapat berkurang bila pintu panel dibuka, karena kehilangan instrument air bila ini terjadi maka akan terjadi low pressure alarm pada central control room pada waktu yang sama power juga harus diputus dari local control panel.
Created by Cak Unggul
On Ramadhan 2018
GENERAL REQUIREMENT
(1) Alarm system diperlukan untuk menginformasikan bila ada process point yang dalam keadaan kritis , proses point ini akan dimonitor terus menerus (survilance) dan diminta perhatian terhada kondisi abnormal ini.
(2) Kebanyakkan refinery memakai alarm sistem yang terpusat.
(3) Alarm akan ditampilkan dalam bentuk visual dan audio bilamana process point keluar dari batasan yang ditetapkan.
(4) Shutdown system secara otomatis akan menghentikan/stop equiment yang mengalami mulfauction tsb atau men-start equiment yang standby
(5) Sistem shutdown harus di tes secara periodik untuk memastikan perangkat bisa digunakan pada saat emergensi.
(6) Shutdown system biasanya digunakan pada kondisi berikut
▪Memproteksi turbin yang over speed
▪Memproteksi loss pada cooling water, instrument air/electricity.
▪Memproteksi flame loss pada furnace
(7) Kebanyakkan instalasi instrument memerlukan alarm untuk kondisi shutdown. Ini biasanya dinamakan pre-shutdown alarm dengan demikian operator dapat melakukan pengukuran untuk pencegahan.
(8) Secara umum CONTACT pada alarm system dibuat open (open contact).
On Ramadhan 2018
GENERAL REQUIREMENT
(1) Alarm system diperlukan untuk menginformasikan bila ada process point yang dalam keadaan kritis , proses point ini akan dimonitor terus menerus (survilance) dan diminta perhatian terhada kondisi abnormal ini.
(2) Kebanyakkan refinery memakai alarm sistem yang terpusat.
(3) Alarm akan ditampilkan dalam bentuk visual dan audio bilamana process point keluar dari batasan yang ditetapkan.
(4) Shutdown system secara otomatis akan menghentikan/stop equiment yang mengalami mulfauction tsb atau men-start equiment yang standby
(5) Sistem shutdown harus di tes secara periodik untuk memastikan perangkat bisa digunakan pada saat emergensi.
(6) Shutdown system biasanya digunakan pada kondisi berikut
▪Memproteksi turbin yang over speed
▪Memproteksi loss pada cooling water, instrument air/electricity.
▪Memproteksi flame loss pada furnace
(7) Kebanyakkan instalasi instrument memerlukan alarm untuk kondisi shutdown. Ini biasanya dinamakan pre-shutdown alarm dengan demikian operator dapat melakukan pengukuran untuk pencegahan.
(8) Secara umum CONTACT pada alarm system dibuat open (open contact).
(9) Untuk shutdown system contact harus diposisi CLOSE pada saat operasi stop.
(10) Pada kondisi pre-shutdown oprator tidak perlu melakukan shutdown, kondisi ini hanya merupakan ALERT bagi operator yang memberitahukan adanya MULFUCTION.
ALARM SYSTEM
Alarm annunciator system akan memproduksi signal visual dan audible yang merupakan ALERT bagi operator sebagai info adanya kondisi abnormal. Kondisi abnormal ini boleh jadi critical terhadap proces dan potensi bahaya terhadap personal atau equipment. signal alarm tersebut bisa berasal dari:
Trouble Contact
Contact closure merupakan input ke alarm system bisa di kirim dari field atau dari panel instrument. Minimum requirement dari SWITCH kontak adalh single pole, double throw (SPDT)
Field Instrument
Field instrument switch yang digunakan untuk meng-actuate sistem alarm harus memenuhi persyaratan field mounted instrument. Field mounted switch harus memenuhi syarat area classification electrical.
ANNUNCIATOR SEQUENCE
Standard sequence untuk alarm system diperlihatkan seperti berikut:
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set (visual FLASHING) (audible ON)
▪Acknowledge (visual ON) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF) (audible SILENT)
Alarm system sebagai bagian dari interlock system kadang-kadang dinyatakan dalam FIRST-OUT sequence. Ini akan memberi catatan pada operator komponen mana yang yang mnyebabkan terjadinya interlock.
Sequence untuk first ou process dinyatakan sebagai berikut
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set first out (visual FLASHING) (audible ON)
▪Upset subsequent coponent (visual ON Steady) (audible ON)
▪First out acknowledge (visual FLASHING) (audible SILENT)
▪Subsquent acknowledged (visual ON STEADY) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF) (audible SILENT)
Beberapa SEQUENCE memerlukan campur tangan operator untuk melakukan reset terhadap sistem alarm pada saat proses kembali ke normal. Selama proses alarm abnormal, hal demikian akan menyebabkan kebingungan pada operator.
SHUTDOWN SYSTEM
Shutdown system harus merespons kondisi hazardous sebelum terjadi kerusakkan. System shutdown dipasang guna untuk melindungi equipment atau proses yang mungkin akan bereaksi cepat dibandingkan dengan respons manusia. Biasanya ada yang yang namanya WAKTU untuk dilakukan corrective action masing-masing variable yang diukur harus ditetapkan antara proses normal dan kondisi shutdown.
Shutdown Contact.
Setiap input ke shutdown system Hrus berdiri sendiri tidak dicampur dengan sistem measurement sistem yang lain. Hal ini akan menambah safety factor dan membuat prosedur checking lebih mudah.
Contact harus DPDT sehingga satu set contact dapat di wiring ke sistem shutdown. Shutdown tidak boleh dilakukan tanpa memberi alarm pada operator.
Shutdown Alarm
Sequence dari alarm untuk shutdown system serupa seperti FIRST OUT Standard sequence untuk Alarm System diperlihatkan seperti daftar berikut:
▪Normal (visual OFF) (audible SILENT)
▪Up set (visual FLASHING) (audible ON)
▪Alarm Acknoledgeed (visual ON Steady) (audible SILENT)
▪Return to normal (visual OFF),(audible SILENT)
Reset
Bila semua kondisi process kembali normal setelah shutdown seuma equipment harus di RESTART dari field. Dengan demikian semua solenoid dan equipment sejenis harus punya manual reset local. Khusus untuk pompa-pompa bisa di reset dari central control room.
INTRUMENT PURGE ALARM
Kebanyakkan instrument jenis electric dan electronic (seperti analyser) ditempatkan pada local panel. Instrument-instrument ini harus mempunyai electrical area requirement dengan purging udara kedalam local panel. Instrument air purge dibuat dengan membuat positive pressure didalam enclosure local panel.
Air purge dapat berkurang bila pintu panel dibuka, karena kehilangan instrument air bila ini terjadi maka akan terjadi low pressure alarm pada central control room pada waktu yang sama power juga harus diputus dari local control panel.
Langganan:
Postingan (Atom)