Minggu, 27 Mei 2018

ICSS

ICSS
(Integrated Control and Safety System)
Creat ed by Cak Unggul
On Ramadhan 2018

OVERVIEW
Pada waktu yang lalu, Basic Process Control System (BPCS) dan Safety Shutdown System (SIS) posisinya terpisah. Keduanya dihubungkan (interfaced) melalui gateway. Dengan kata lain BPCS dan SIS mempunyai engineering tool sendiri- sendiri.

Karena cost untuk engineering, operation maintenance tools yang terpisah dan komunikasi dari interfaced yang terpisah, maka banyak manufacture mulai mencari alternatif solusi integrated. Solusi-integrated mempunyai controllers yang berbeda baik untuk BPCS dan SIS, tetapi mereka mempunyai satu engineering, operation dan maintenance tool.

Integrated Control and Safety System (ICSS) adalah ekspresi untuk mendefinisikan process control system (BPCS) yang secara hardware dan software dikombinasikan dengan Safety Instrumented System (SIS). Dimana  SIS-nya sendiri terdiri dari Emergency Shutdown (ESD), Process Shutdown System (PSD) dan Fire & Gas (F&G) System dengan hanya mempunyai satu display.
ICSD terdiri dari komponen-komponen dimana antara komponen satu dengan lainnya saling terhubung secara software sebagai berikut:
▪DCS (BPCS) untuk plant continues control.
▪PLC System untuk SIS (plant safety system ESD, PSD, dan F&G) 
▪PLC System dari package equipments.
▪Communication Infrastructures  backbone
▪Servers dan work stations
▪Third Party Process Control Systems.
▪Metering system untuk Condenasate, Fuel Gas and Water

ICSS BENEFIT
Manfaat menggunakan ICSS antara lain karena efisiensi pada Operational dan Cost  karena adanya resource sharing seperti Engineering Station (ES), PLC, Operator Station Client (OS Client), Operator Station (OS Server), Hystorian.
• Total Integration: Process dan safety diintegrasikan total, membolehkan standard dan safety programs untuk digunakan dalam bagian berbeda (different part) dari CPU yang sama.
• Customized Solution: Software library yang khusus dikembangkan berdasarkan pada industrial standards dan telah digunakan secara luas dengan field proven function blocks dalam melayani plant requirement.
• Communication gateway tidak diperlukan lagi antara BPCS dan Safety System, dengan demikian akan menghilangkan salah satu point penyebab failure
• Common EWS (Engineering Workstation) untuk BPCS, SIS, EGS dan HIPPS
• Common hardware platform akan berkurang secara significant dengan demikian jumlah spares yang diperlukan juga berkurang. 

GENERAL REQUIREMENT
Perancangan ICSS untuk proyek dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
▪Bilamana memungkinkan BPCS dan SIS remote processors I/O nya harus dipasang di lokasi operator room. Untuk itu gedungnya harus dilengkapi dengan controlled environment (HVAC) untuk pendinginan equipment ini sehingga memungkinkan: independent, modular dengan urutan commissioning dari plant unit berbeda.
▪BPCS dan SIS remote processors dan I/O networks sebaiknya dipasang terpisah dengan menggunakan fiber optic conductor (FO cable) yang terpisah pula.
▪Power supply 220 VAC ± 10% VAC single phase-to-phase 50 Hz (floating earth) uninterrupted power supply (UPS) harus dipasang yang akan digunakan sebagai electrical power untuk ICSS, ▪Packaged Unit UCP dan semua peralatan instrumentasi ICSS dan UCP akan bisamebangkitkan DC power 24 V untuk instrument loops. Untuk ICSS, sendiri power supplie nya harus dibust redundant.
▪Electrical power supply untuk solenoid valves coil yang dihubungkan ke ICSS harus 24 VDC.
▪SIS dan protective systems harus menggunakan dedicated field devices seperti solenoids, transmitters, valves, shutdown valves dsb.
▪Junction boxes, wiring, termination blocks dan I/O facilities seperti SIS dan F&G harus dipisah dari BPCS. 
▪Barriers dengan junction boxes dan fasilitas terminal harus terpisah dan label wiring dari SIS systems yang berbeda (misalnya SIS dari F&G) Hal demikian juga berlaku untuk instrumentasi pada systems packaged equipment.
▪Instrument dari third-party dan packaged equipment yang membawa local programmable logic controllers (PLC) sendiri harus di-wired ke junction box yang ada di skids nya equipment dan dari sana kemudian dibawa ke local control panels. Bila Vendor packages atau third-party equipment memerlukan PLC’s sendiri pada SIS vendor boleh memasang PLC nya sendiri untuk difungsikan sebagai process control dan monitoring. Komunikasi antara PLC dan SIS ke ICSS melalui standardized single protocol.

APLICATION PROGRAM
Software berikut ini lazim digunakan bersama-sama dengan ICSS yang bekerja dengan menggunakan fasilitas ICSS.

▪ Integrated Enterprise System (IES)
IES adalah sistem informasi infrastructure yang berbasis network yang membolehkan access ke semua  sistem informasi serta membaca isi interface antar manufacturing control functions dan enterprise functions yang lain yang ada hubungannya dengan plant. Integrated Enterprise ini akan menggabung semua sistem informasi  yang berhubungan dengan dua kategori berikut:  
1. Integrated Control And Safety Systems (ICSS).
2. Manufacturing Operation Management - Manufacturing Information Systems (MOMMIS).

▪Collaborative Work Environment (CWE)
CWE adalah rangkaian dari multiple, integrated services yang dirancang melakukan streamline communication, improve efficiency dari pekerja guna meng-improve efficiency dari "work groups" yang tersebar diseluruh dunia. Sebuah kolaborasi terhadap work environment guna memperbaiki efisiensi individual dengam membantu meminimalisasi time delays akibat adanya pertukaran informasi dengan antar pekerja.

▪Document Management System (EDMS)
Tujuan dari diadakanya EDMS adalah agar supaya process dan infrastructure technology yang dapat menghasilkan documents dan drawings management yang complex dan sekaligus simple bersama advanced electronic workflow management mulai dari EPC phase handover hingga fase operasi.

▪Computerized Maintenance Management System (CMMS)
CMMS digunakan sebagai technologies intend untuk menyajikan pada end users predictive intelligence untuk mebuat operations; employ efficient maintenance practices lebih baik sehingga mengurangi downtime yang tidak diharapkan  yang biasanya digunakan selama fase operasi. 

▪Real-Time Information System (RTIS)
RTIS akan meng-capture process data dari BPCS dan automation systems yang lain (Unit Control Panel, MMS, SCADA, etc) dan akan menyimpannya dalam waktu sementara sampai dengan jangka waktu lama. System akan membuat laporran dan dan membuat semacam analytical tools seperti  trending, reporting, query dan dynamic link dalam bentuk spreadsheets untuk process analysis dan untuk building applications

▪Plant Performance Management System (PPMS)
Kegunaan dari PPMS adalah untuk memonitor performance actual operasi plant , dan melaporkan deviasi dari target operasi yang diharapkan. Dengan memberikan informasi yang akurat dan berkala pada performance plant sebenarnya, maka aplikasi ini akan membantu operation team dan management dalam menempatkan production inefficiencies dan masalsh lapangan lebih mudah dan untuk membantu keperluan pelaporan operasi harian. 


▪E-Operation Logbook (E-Logbook)
Pindahnya aktivitas operator dari manual log book ke bentuk electronic record. Dengan electronic logbooks, operators dapat membuat informasi operasi berupa record tiap hari, melihat daftar tugas yang diprioritas dan informasi perubahan critical access shift

▪Pipeline Leak Detection System (PLDS)
Pipeline sales gas/crude serta gathering line-nya akan dimonitor secars terpisah oleh  PLDS. Systems ini akan ditempatkan  dalam control room. PLDS untuk sales gas/crude line akan menggunakan statistical methods serta menggunakan instrument yang dipasang sepanjang pipeline misalnya ultrasonic flow meters akan dipasang pada bagian masuk (entrance) dari sales gas/crude line dan pada sales gas metering station.
PLDS akan memonitor integritas dari pipeline atau gathering line, dimana alarm akan otomatis activated bila terdapat potential leaks,
dan akan di-estimate lokasi dari leak sepanjang pipeline/gathering line. Control dan monitoring systems untuk pipeline/gathering line akan mengikuti guidelines yang dalam ICSS philosophy. Komunikasi PLDS dengan Main Control Room dilakukan dilakukan melalui sisrem SCADA atau remote I/O (Telemetry)

Continuous Emission Measurements System (CEMS)
CEMS unit harus pada dan stacks yang ada dalam plant (misalnya: power plant, hydrocarbon unit, dsb). CEMS harus dipsang  dan di-operasikan pada stacks dengan kondisi sebagai berikut: 
• Combustion process dengan fossil fuel dan dioperasikan secara kontinyu dengan capacity diatas 25MW.
• Combustion process dengan fossil fuel dengan kapasitas diatas atau dibawah 25MW dengan sulfur content dalam fuel diatad 2% dan dioperasikan secara kontinyu. 
• Catalytic cracker flow unit dari catalyst regenerator, sulfur recovery unit dan carbonadsorber pada liquid waste processing system untuk oil processing unit dan aktivitas LNG refinery.
• Sweetening unit at gas processing activity that separate H2S at onshore (onshore naturalgas processing).

Hasil monitoring emisi dari CEMS akan dilaporkan ke pemerintah tiap kuartal. Emission stacks yang tidak dilengkapi dengan CEMS units akan memerlukan manual emissions monitoring yang akan dimonitor secara berkala paling tidak sekali dalam enam bulan. Metode sampling standard  dan sampling analysis untuk monitorin emisi secara manual untuk suatu daerah harus disetujui oleh  penguasa setempat. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar